Senin, 27 Agustus 2012

Tikus dan Pak Tani

Seekor tikus mengintip di balik celah di tembok untuk
mengamati sang petani dan istrinya, saat membuka
sebuah bungkusan. Ada mainan pikirnya. Tapi dia
terkejut
sekali, ternyata bungkusan itu berisi perangkap tikus.
Lari
kembali ke ladang pertanian itu, tikus itu menjerit
memberi peringatan, “Awas ada perangkap tikus di
dalam
rumah, hati-hati ada perangkap tikus di dalam rumah!”
Sang ayam dengan tenang berkokok dan sambil tetap
menggaruki tanah, mengangkat kepalanya dan
berkata.
‘Ya, maafkan aku Pak Tikus. Aku tahu memang ini
masalah
besar bagi kamu, tapi buat aku secara pribadi tidak ada
masalah. Jadi jangan buat aku sakit kepala lah.”
Tikus berbalik dan pergi menuju sang kambing.
Katanya,
“Ada perangkap tikus di dalam rumah, sebuah
perangkap
tikus di dalam rumah!”
‘Wah aku menyesal dengan kabar ini.” Si kambing
menghibur dengan penuh simpati. “Tetapi tidak ada
sesuatu pun yang bisa kulakukan kecuali berdo’a.
Yakinlah, kamu senantiasa ada dalam do’a-do’aku!”
Tikus kemudian berbelok menuju si lembu.
‘Oh! Sebuah perangkap tikus?” jadi saya dalam bahaya
besar ya?” kata lembu sambil ketawa, berteleran air
liur.
Jadi tikus itu kembalilah ke rumah dengan kepala
tertunduk dan merasa begitu patah hati, kesal dan
sedih,
terpaksa menghadapi perangkap tikus itu sendirian. Ia
merasa sungguh-sungguh sendiri.
Malam tiba, dan terdengar suara bergema di seluruh
rumah, seperti bunyi perangkap tikus yang berjaya
menagkap mangsa. Istri petani berlari melihat apa saja
yang terperangkap. Di dalam kegelapan itu dia tak bisa
melihat bahwa yang terjebak itu adalah seekor ular
berbisa. Ular itu sempat mematok tangan istri petani
itu.
Petani iktu bergegas membawanya ke rumah sakit.
Si istri kembali ke rumah dengan tubuh mungil, demam.
Dan sudah menjadi kebiasaan, setiap orang sakit
demam,
obat pertama adalah memberikan sup ayam segar
yang
hangat. Petani itupun mengasah pisaunya, dan pergi ke
kandang, ,mencari ayam untuk bahan supnya.
Tapi, bisa itu sungguh jahat, si istri tak kunjung sembuh.
Banyak tetangg yang datang membesuk dan tamupun
tumpah ruah ke rumahnya. Iapun harus menyiapkan
makanan, dan terpaksa kambing di kandang itu
dijadikan
gulai. Tapi itu tidak cukup, bisa itu tak dapat taklukan.
Si
istri mati, dan berpulh orang datang untuk mengurus
pemakaman, juga selamatan. Tak ada cara lain, lembu
di
kandang itupun dijadikan panganan untuk puluhan
rakyat
dan peserta selamatan,
Kawan, apabila kamu dengar ada seseorang yang
menghadapi masalah dan kamu pikir itu masalah itu
tidak
ada kaitannya dengan kamu, ingatlah bahwa apabila
ada
“perangkap tikus” di dalam rumah, seluruh “ladang
pertanian” ikut menanggung resikonya. Sikap
mementingkan diri sendiri lebih banyak keburukan
daripada kebaikanya…

0 komentar:

Posting Komentar