Senin, 27 Agustus 2012

Protes Seorang Anak

Pembaca, pernah menerima kritik? Atau kritik malah kita anggap hinaan?
Kita simak yuuk gimana bersikap terhadap kritik.. Yuu mareee….

——–

Suatu hari, seorang ayah berkata kepada anak laki- lakinya. “Nak, usiamu sudah matang, pekerjaanmu sudah mapan, jika memang ada wanita yang kau senangi dan kau harapkan menjadi istrimu, beritahukanlah kepada kami. Tahun ini sudah selayaknya kamu menikah.”

Sang anak tersenyum mendengar perkataan ayahnya. Lalu berkata, “Biasanya orang tua selalu memilihkan yang terbaik untuk anaknya, sebenarnya saya menyenangi seorang wanita, jika memang ada waktu ayah dan ibu akan berkenalan dengannya dalam waktu dekat.” Dan waktu yang ditunggu itupun datang, ibu dan ayah lelaki itu berkenalan dengan gadis yang dimaksudkan. Beberapa sapa dan pertanyaan terlontar dari orang tua sang lelaki.

Keesokan harinya sang ibu berkata pada anak laki- lakinya; “Nak, apa tidak ada perempuan yang lebih baik dari gadis itu??? Ibu kurang suka dengannya. Cari saja yang gadis lain yang lebih baik. Kau tamatan pesantren dari timur tengah, wajahmu tampan, pekerjaanmu mapan. Pasti banyak gadis-gadis yang tertarik denganmu.“ “Jika boleh saya bertanya, kenapa ibu berkata begitu???” tanya sang anak. “Lihat saja gadis itu, jilbabnya kurang rapat dan singkat, bajunya ketat sehingga memperlihatkan liukan badannya, gaya berpakaiannya jauh dari image muslimah, berjilbab tetapi singkat dan berpakaian tidak syar’i. Dari cara berpakaiannya saja diragukan pemahaman agamanya, kajian Al Quran dan cara bersosialisasi dengan lingkungan disekitarnya, caranya menjaga hijab dengan lawan jenispun tak jelas dan ibu meragukannya untuk menjadi istrimu. Karena ibu mengharapkan yang wanita baik-baik lah yang akan mendampingimu dan menjadi menantu yang ibu ridhai. Wanita yang menjaga hijab dan keislamannya benat-benar Islam”

Suatu hari sang wanita memberanikan diri untuk menanyakan kepada sang lelaki perihal penilaian orang tuanya terhadapnya. Dengan jujur sang lelaki memberitahukan apa yang dikatakan sang ibu kepadanya…

Inilah yang terjadi, Sang gadis menangis dengan rasa malu yang membuncah, menyesal dan merasa sakit yang luar biasa atas pernyataan sang pemuda. Lalu gadis itu berkata “Astaghfirullah, hinanya aku didepan manusia… lalu bagaimana lagi kehinaanku didepan Allah???” “Manusia saja bisa menilai kejelekanku sejauh itu dan aku terlalu lalai dalam menjaga hijab. Aku berjilbab tapi singkat, sekedar mengikuti trend yang menurutku modis tapi tak islami. Aku berpergian dengan lelaki tanpa memikirkan batasan dan bahaya fitnah, dan aku mimiliki pemahaman keislaman tetapi enggan menerapkan.” “Aku tak akan pernah menyalahkan ibumu dan keluargamu, bahkan aku berterima kasih kepada mereka yang telah
melontarkan kata-katanya sebagai cambuk yang tepat memukul kebutaan hati dan fikiranku.Aku malu kepadamu, kepada orang tuamu dan kepada diriku sendiri.

Walaupun mungkin kita tidak berjodoh, aku sangat senang karena telah diingatkan akan kelalaian dan kesalahanku, kemunafikanku dan kecerobohanku. Cambukan ini akan membantuku untuk lebih memahami hijab, menambah pemahaman dan keislaman, memperbaiki diri dan menjadi muslimah yang baik. Sehingga di masa yang akan datang tak akan ada lagi orang yang menilaiku seburuk itu dan mengatakan aku tak pantas untuk anaknya. Terlebih lagi aku sangat takut akan penilaian Allah terhadapku. Aku akan memperbaiki diri untuk meraih ridhaNya sehingga manusiapun akan riidha kepadaku.

Pembaca, sungguh luar biasa pelajaran yang diambil gadis itu terhadap penilaian negatif orang lain terhadapnya. Dia tak marah dan sakit hati, melainkan dia berterima kasih telah di ingatkan dan berusaha memperbaiki dirinya.

Pembaca penikmat Catatan Subuh, sudah semestinya penilaian negatif dan kritik dari orang lain menjadi cambuk bagi kita untuk mengingatkan diri sendiri
jika salah melangkah, salah berbuat, salah berucap dan kurang belajar.

Bener apa bener?

0 komentar:

Posting Komentar