Kisah ini dituturkan oleh Muhammad daeng Sanu ttg tuah seorang ibu. Kita simak yuuk memb...
SETIAP orang tak lepas dari dosa dan salah. Terlebih lagi dosa dan kesalahan terhadap orang yang paling berjasa di dunia ini setelah Allah dan Rasul-Nya. Dialah sosok ibu kandung kita. Namun, betapa dahsyatnya ketika ibu murka karena sesuatu dosa dan kesalahan anak-anaknya. Bagi kita mungkin sepele, tetapi sebenarnya dosa dan kesalahan itu adalah dosa yang tebusannya tidak main-main, baik di dunia terlebih di akhirat kelak. Meski pun jarak dosa-dosa itu sudah berpuluh-puluh tahun berlalu, selama ibu belum memaafkan, maka ancaman murka Allah tidak akan pernah terhapuskan.
Terkait hal ini, ada sebuah kisah nyata dapat menjadi pelajaran dan moga dapat menarik hikmah di dalamnya, insya Alloh. Aamiin.
Al kisah, ada sepasang suami isteri telah menikah, selama sekian tahun lamanya. Tiba-tiba sang isteri jatuh sakit dibagian perut, entah karena lagi ngidam atau karena faktor penyakit lain. Mengetahui hal ini, sang suami panik bukan kepalang, ia pun dengan segera mencari tahu gerangan apakah penyakit yang diderita oleh sang isteri. Sang suami tercinta, segera memulai mencarikan tabib dan dokter ahli untuk isterinya. Dari tabib ke tabib. Dari dokter ke dokter ia temukan, untuk memperoleh keterangan tentang jenis penyakit isterinya. Namun toh tetap tidak menemukan hasil.
Ketika ia sedang berada di rumah sakit, dalam kepanikan dan kegundahan, ia mendapatkan keterangan medis dari dokter yang memeriksa isterinya bahwa isterinya sama sekali tidak mengidap penyakit berat. Namun, tak faktanya memang isterinya mengalami penyakit yang nyaris mematikan. Ada penyakit, tetapi tidak bisa dideteksi oleh sang dokter.
Sejurus itu, sang suami pun memaksa diri untuk mengingat sesuatu kesalahan terhadap ibunya. Ia seakan-akan diingatkan oleh sesuatu kejadian masa kecil yang masih terngiang-ngiang dalam bathinnya. Dalam kebuntuan, tak ada pilihan lain kecuali ia segera mengambi air wudhu. Dengan keyakinan, ia coba menenangkan diri sembari meminta petunjuk-Nya lewat sholat dua rokaat.
Benarlah, ba’da sholat, Sang suami, segera mengingat-ingat kembali masa-masa kccilnya, yang ketika itu pernah melakukan kesalahan dan dosa kepada Ibunya. Dosa itu adalah kesalahannya ketika ia pernah mengambil uang ibunya sebesar Rp. 250,-. Sedangkan uang itu amat diperlukan oleh ibunya. Ia masih mengingat-ingat murka ibunya disaat ibunya kehilangan uang yang amat diperlukan itu. “Kualat..orang yang mengambil uang saya itu....!!! Ucapan ini diulang-ulang, hingga tiga kali, sehingga bagi dirinya ucapan itu begitu segar dalam memori otaknya. Padahal hal itu terjadi pada saat usianya 5 tahun, dan kini sudah berlalu 25 tahun. Ya, selama 25 tahun kejadian itu telah berlalu, pada saat ia mengalami kesusahan demi kesusahan hidup, dalam rumah tangganya.
Ringkas cerita, sang anak sekaligus suami bagi isterinya ini, tak mau berlama-lama lagi. Ia pun segera menelpon ibunya yang ada di kota Malang, sebuah rumah kediaman dimana sang bunda tercinta mengasuh dan membesarkannya dulu. Dialog pun baru dimulai, dengan perasaan tegang, diselimuti rasa takut dan cemas.
ANAK: “Assalamu’alikum Warohmatulloh bunda...
Semoga bunda selalu dalam naungan Kasih Sayang Alloh.
BUNDA: “Wa’alaikumsalam Rarohmatulloh anakku... bagaimana dengan kesehatanmu dan keluargamu... Bunda berharap moga senantiasa baik-baik semua.”. Begitu sang bunda yang sudah agak parau menjawab percakapan anaknya.
ANAK: “Bunda...bunda...Maafkan saya bunda! Dengan suara bergetar ia memanggil ibunya.
BUNDA: “Ada gerangan apakah anakku..,.
ANAK: “Sebelumnya anakda mohon maaf yang sedalam-dalamnya. Begini bunda: “Apakah bunda masih ingat ketika bunda kehilangan uang sebesar Rp. 250,- dulu?
BUNDA: “Ingat, anakku. Tak pernah bunda lupakan hal itu. ‘Kualat orang yang mengambil uang itu ! Kata ibunya mengulang sumpah serapahnya dulu,di balik telepon.
Sang ANAK dengan gugup dan takut ia sambil menangis mengatakan kepada ibunya: “Wahai Bunda, ananda mohon ampun kepada Alloh, dan memohon maaf kepada bunda. Sungguh yang mengambil uang ibu saat itu adalah anakda sendiri.... Sunguh saya sangat menyesali hal itu. Kini, saya baru tersadar bahwa hal itu membawa petaka bagi hidup saya dan keluarga.
Sejenak sosok bunda yang memiliki rasa kasih sayang yang agung itu terdiam, sambil menangis...yang suaranya terdengar jelas dari balik telepon. Ia tak ingin menyusahkan hidup anaknya, yang sudah bertahu-tahun dialaminya.
BUNDA: “Wahai anakku...jika itu penyebab kesusahanmu bersama isteri dan anak-anakmu selama ini. Demi Alloh, aku cabut perkataanku sekarang juga. Kamu tidak lagi ada dosa dan beban kesalahan sedikitpun kepada bunda.
Mendengar ucapan ridho ibunya, sang anak histeris menangis...dan mengucapkan rasa syukur kepada Allah atas telah diperkenankannya ridho ibu tercinta. Ia pun segera meminta undur pamit dari percakapan dengan ibunya. Dengan penuh lega dan takjub ia tak lepas lisannya berdzkir; bertasbih, bertahmid, dan bertahlil.
Akhirnya, singkat cerita, Sang dokter yang sedang merawat dan memeriksa kondisi isterinya pun menyatakan bahwa isterinya kembali normal tanpa terapi obat apapun. Suatu keajaiban, yang tidak dapat dituntaskan kecuali permohonan maaf dan ampun kepada Allah dan orang yang tercinta yaitu ibu.
Pembaca Catatan Subuh yg bijak, ketika kita menunduk mencium tangan ibu, mencucurkan air mata di dadanya, dan menangkap tanda rela dari sorot matanya, ketika itu kita merasakan kesempurnaan diri sebagai seorang anak. Luka-luka dan kehinaan kita terasa berganti dengan kemuliaan di saat ibu memuji dan menenangkan kita dengan kelembutannya.
Doa ibu untuk anaknya merupakan perkara yg amat serius. Ia termasuk doa yang diijabahi. Maka kewajiban para anak untuk berusaha sekuat tenaga membuat ibu mereka ridho. Mereka harus berbuat baik pada ibu serta berbakti padanya sepenuh hati dan jiwa. Memang, betapa kerasnya ibu memperlakukan anak-anaknya.
Sungguh, doa ibu untuk anak-anaknya adalah pengabulan yang tiada dinding padanya. Oleh karena itu seorang ibu harus berhati-hati dalam melontarkan doa untuk anaknya. Hal ini sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam,
"Janganlah kalian mendoakan diri kalian jangan pula mendoakan anak-anak kalian, dan jangan mendoakan harta benda kalian (mendoakan yg jelek) agar jangan sampai kalian bertepatan saat Allah menerima doa, Dia mengabulkan permintaan (jelek) kalian itu." (H.R Muslim)
Selagi masih ada waktu masih ada kesempatan. Segeralah temui ibu yang telah merawat, mengandung, melahirkan, menjaga, membesarkan, menndidik kita. Mari kita temui beliau dengan segenap kerendahan hati. Kita akui segala khilaf dan salah kita kepadanya, kita akui segala kelancangan kita selama ini di hadapannya. Kita akui jasa beliau teramat banyak untuk dihitung, terlalu berat untuk ditimbang dan teramat mulia untuk dihargai. Maka datanglah padanya dengan segala kerendahan jiwa sambil meyakini ibu adalah pemilik doa yang tak berhijab pada-NYA.
"Robbighfirliy wa liwalidaya warhamhumaa kamma robbayani shoghiro"