[ter-copas dari CATATAN SUBUH #89]
Bapak Presiden, kami
marah bukan karena benci. Kami marah
karena cinta. Cinta yang kepalang
besar bagi pertiwi yang tanahnya
sudah kami injak puluhan tahun, yang
udaranya kami hirup setiap hari, yang
hasil buminya memberi makan mulut-
mulut kami.Prihatin tak lagi cukup,
Bapak. Beragam janji dan instruksi
tidak lagi mampu membungkam mulut
kami, karena kami sudah kenyang
dengan janji. Kami lelah menunggu
tanpa daya. Kami letih menonton tanpa
bisa berbuat apa-apa.Kami ingin pajak
yang kami bayarkan digunakan untuk
sebaik-baiknya kepentingan rakyat dan
pembangunan negara, karena sekalipun
kami hidup berkecukupan, jutaan
penduduk Indonesia belum menikmati
kehidupan yang layak. Sudah cukup
kami merasa pedih melihat uang hasil
jerih payah kami digunakan untuk
plesiran anggota dewan yang
terhormat, sementara jutaan rakyat
miskin makan nasi yang sudah kotor
setiap hari.
Bapak, tolong dengarkan kami. Lakukan
sesuatu. Bertindaklah agar kami tahu
orang yang kami pilih memang layak
mengemban kepercayaan kami.
Kami tak minta banyak, sungguh.
Jangan bilang itu terlalu sulit
0 komentar:
Posting Komentar