[di-copas dari CATATAN SUBUH #90]
Pembaca yang bijak, cacatan kali ini tentang sebuah cerita ringan sarat makna. Baca bagi yg sdang santai… Yg buru2 bookmark duyu ajah yuaa… :)
Berikut adalah kisah kakek tua/orang tua yang menyedihkan dengan keadaan nya yang sudah tua dan tak mampu lagi untuk menjadi seperti halnya kita yang bisa mengerjakan sesuatunya dengan sendiri. Mungkin cerita ini telah lama meskipun dengan kata-kata yang berbeda saya akan coba bagikan kesahabat motivasi untuk di jadikan motivasi dan bahan renungan bagi kita.
Suatu hari seorang kakek tua yang tinggal bersama anak, menantu, dan seorang cucu laki-lakinya. Penglihatan si kakek sudah tidak begitu jelas lagi. Dan Ia sudah tidak dapat mendengar dengan baik. Juga lututnya sudah mulai bergetar. Terkadang jika ia duduk di meja makan, ia tidak dapat lagi memegang sendok dengan erat. Dan tampa sengaja seringkali Ia menumpahkan makanan di atas meja makan, Bahkan makanan yang keluar dari mulutnya. Melihat hal itu anak dan menantunya merasa jijik saat makan bersamanya. Oleh sebab itu mereka memutuskan untuk tidak memperbolehkan kakek tersebut untuk makan bersama mereka. Mereka menempatkan sang kakek ditempat khusus, makan hanya dengan mangkok yang kecil. Ia sering tidak mendapat makan dan minum yang cukup dan tentu saja ia tetap lapar dan haus. Terkadang sesekali ia mencoba melihat-lihat makanan yang ada di meja makan mencoba untuk hilangkan laparnya.
Suatu ketika disaat jemarinya yang sudah tua tidak dapat lagi memegang mangkuk. Mangkuk itu jatuh dan pecah. Menantu perempuannya mencaci-makinya habis-habisan. Tapi, kakek tua itu hanya bisa diam dan pasrah. Ia membiarkan semuanya terjadi. Lalu Menantunnya tidak ingin lagi ada mangkuk yang pecah dirumahnya maka ia membelikan sebuah piring yang terbuat dari kayu dengan harga yang tidak terlalu mahal. Kini dengan piring kayu itu kakek tua itu harus makan. Dengan begitu Ia lebih tenang karena sangat mustahil untuk pecah di buat si kakek.
Suatu hari anaknya yang masih berumur 5 tahun sedang belajar menggambar dan hasilnya seperti sebuah piring. “Apa yang sedang kamu buat, Nak ?” tanya ayahnya. “Saya sedang membuat sebuah piring kayu ,” jawab anaknya polos, “dengan piring ini ayah dan ibu akan makan, jika nanti saya sudah besar.”
Ayah dan ibunya saling bertatapan teringat perlakuan mereka yang selama ini memberikan makan orang tuanya dengan piring kayu. Mereka mulai membayangkan hal tersebut terjadi kepada mereka. Tampa sengaja sang ibu menangis dan langsung memeluk anaknya. Sejak kejadian itu mereka selalu memapah sang kakek ke meja makan, untuk makan bersama. Jika ia lapar atau haus, mereka segera membawakan makanan dan minuman untuknya. Mereka tidak lagi mempersalahkan perlakuan sang kakek, meski harus selalu membersihkan sisa makan sang kakek yang selalu tumpah di meja makan.
Pembaca yg bijak, bukankah semua yg kebaikan yg kita lakukan kembalinya ke kita juga?
Begitupun setiap keburukan yg kita lakukan…?!
Mulai sekarang mari kita berjanji untuk selalu melakukan yg terbaik bagi orang2 di sekeliling kita…
Semoga Allah selalu mencurahkan Rahmat-nya bagi yg selalu mengingatkan dalam hal2 kebaikan…
0 komentar:
Posting Komentar