Senin, 23 Juli 2012

Seporsi Nasi Bungkus....

[di-copas dari CATATAN SUBUH #125]

tumblr_kzrw8tk2oc1qz9vwpo1_400

Pembaca, kali ini Catatan Subuh memposting sebuah cerita sederhana yg layak untuk kita renungi. Meskipun isinya ada sangkut pautnya dengan makanan (hemmm............................) gpp lah meskupin bulan Puasa. Berbuka bentar lagi kok (halah, malah nggedabrusss). Ya udahlah, Simak yukkk...

------

Hujan tak kunjung berhenti, akhirnya saya memutuskan menerobos hujan karena hari sudah malam.
Di tengah jalan, perut dah ga bisa diajak kompromi, akhirnya saya memutuskan mampir di warung nasi tenda dipinggir jalan.lagi asik asiknya menikmati pecel lele, masuklah seorang bapak, dg istri & anaknya..

Yg menarik adalah kendaraan mereka adalah gerobak dorong..Lalu bapak ini memesan 2 piring nasi & ayam goreng utk istri & anaknya. Pertamanya sih ga ada yg menarik, tetapi ketika saya selesai makan, ada yg menarik hati saya..Ternyata, yg menikmati makanan itu hanya istri dan anaknya. Sedangkan sang bapak hanya melihat istri & anaknya menikmati makanan ini.

Sesekali saya melihat anak ini tertawa senang sekali,& sangat menikmati ayam goreng yg dipesan oleh bapaknya..

Saya perhatikan, wajah sang bapak, walau tampak kelelahan terlihat senyum bahagia di wajahnya..

Lalu saya mendengar dia berkata.." makan yg puas Nak, toh..hari ini tanggal kelahiranmu.."Saya terharu mendengarnya.. seorang bapak, dgn keterbatasannya, sebagai (mungkin) pemulung.. memberi ayam goreng warung tenda dipinggir jalan , untuk hadiah anaknya..

Hampir mau menangis rasanya saya di warung itu.. Segera sebelum air mata ini tumpah, saya berdiri,& membayar makanan saya,& juga dengan pelan pelan saya bilang sama penjaga warung..."mas, tagihan bapak itu, saya yg bayar..dan tolong tambahin 1 porsi ayam goreng dan tahu tempe" Lalu cepat-cepat saya pergi.

Pembaca, Kisah ini ditulis, untuk bahan perenungan.. Bahwa Allah sudah memberikan yg terbaik untuk saya saat ini...,

Kita bingung mau makan di Sushi-Tei, Kentucky, Mc Donald, Hoka Hoka Bento, atau di Pizza Hut ... Tetapi bagi org disekitar kita, pecel lele dipinggir jalan, adalah makanan mewah buat dia yang hanya bisa mereka nikmati sesekali.

Pembaca yg baik, Sungguh tak pantas bagi saya untuk mengeluh untuk jalani kehidupan ini...

»»  Baca Lebih Lanjut...

Paku-paku di Pagar

[di-copas dari Catatan Subuh #91]

Pembaca, catatan subuh kali ini berupa cerita ringan klasik. Mohon maav bagi yg pernah baca….
Simak yuuuk….

Pernah ada anak lelaki dengan watak buruk. Sehingga Ayahnya memberi dia sekantung penuh paku, dan menyuruhnya memaku satu batang paku di pagar pekarangan setiap kali dia kehilangan kesabaran atau berselisih paham dengan orang lain.

Hari pertama dia memaku 37 batang di pagar.
Pada minggu-minggu berikutnya dia belajar untuk menahan diri, dan jumlah paku yang dipakainya berkurang dari hari ke hari.

Dia mendapatkan bahwa lebih gampang menahan diri daripada memaku di pagar.

Akhirnya tiba hari ketika dia tidak perlu lagi memaku sebatang pku-pun dan dengan gembira disampaikannya hal itu kepada ayahnya.

Ayahnya kemudian menyuruhnya mencabut sebatang paku dari pagar setiap kali dia berhasil menahan diri atau bersabar.

Hari-hari berlalu dan akhirnya tiba harinya dia bisa menyampaikan kepada ayahnya bahwa semua paku sudah tercabut dari pagar.

Sang Ayah membawa anaknya ke pagar dan berkata, “Anakku, kamu sudah berlaku baik, tapi coba lihat betapa banyak lubang yang ada di pagar? Pagar ini tidak akan kembali seperti semula. Kalau kamu berselisih paham atau bertengkar dengan orang lain, hal itu akan selalu meninggalkan luka seperti yang terjadi pada pagar itu.”

Pembaca yg bijaksana, Kita bisa menusukkan pisau di punggung orang dan mencabutnya kembali, tapi akan meninggalkan luka. Tak peduli berapa kali kita meminta maaf dan menyesal, luka tersebut tetap akan tertinggal. Luka melalui ucapan sama perihnya seperti luka fisik, bahkan mungkin bisa lebih….

»»  Baca Lebih Lanjut...

Seorang Kakek dan Mangkok Kayu

[di-copas dari CATATAN SUBUH #90]
 

Pembaca yang bijak, cacatan kali ini tentang sebuah cerita ringan sarat makna. Baca bagi yg sdang santai… Yg buru2 bookmark duyu ajah yuaa… :)

Berikut adalah kisah kakek tua/orang tua yang menyedihkan dengan keadaan nya yang sudah tua dan tak mampu lagi untuk menjadi seperti halnya kita yang bisa mengerjakan sesuatunya dengan sendiri. Mungkin cerita ini telah lama meskipun dengan kata-kata yang berbeda saya akan coba bagikan kesahabat motivasi untuk di jadikan motivasi dan bahan renungan bagi kita.

Suatu hari seorang kakek tua yang tinggal bersama anak, menantu, dan seorang cucu laki-lakinya. Penglihatan si kakek sudah tidak begitu jelas lagi. Dan Ia sudah tidak dapat mendengar dengan baik. Juga lututnya sudah mulai bergetar. Terkadang jika ia duduk di meja makan, ia tidak dapat lagi memegang sendok dengan erat. Dan tampa sengaja seringkali Ia menumpahkan makanan di atas meja makan, Bahkan makanan yang keluar dari mulutnya. Melihat hal itu anak dan menantunya merasa jijik saat makan bersamanya. Oleh sebab itu mereka memutuskan untuk tidak memperbolehkan kakek tersebut untuk makan bersama mereka. Mereka menempatkan sang kakek ditempat khusus, makan hanya dengan mangkok yang kecil. Ia sering tidak mendapat makan dan minum yang cukup dan tentu saja ia tetap lapar dan haus. Terkadang sesekali ia mencoba melihat-lihat makanan yang ada di meja makan mencoba untuk hilangkan laparnya.

Suatu ketika disaat jemarinya yang sudah tua tidak dapat lagi memegang mangkuk. Mangkuk itu jatuh dan pecah. Menantu perempuannya mencaci-makinya habis-habisan. Tapi, kakek tua itu hanya bisa diam dan pasrah. Ia membiarkan semuanya terjadi. Lalu Menantunnya tidak ingin lagi ada mangkuk yang pecah dirumahnya maka ia membelikan sebuah piring yang terbuat dari kayu dengan harga yang tidak terlalu mahal. Kini dengan piring kayu itu kakek tua itu harus makan. Dengan begitu Ia lebih tenang karena sangat mustahil untuk pecah di buat si kakek.

Suatu hari anaknya yang masih berumur 5 tahun sedang belajar menggambar dan hasilnya seperti sebuah piring. “Apa yang sedang kamu buat, Nak ?” tanya ayahnya. “Saya sedang membuat sebuah piring kayu ,” jawab anaknya polos, “dengan piring ini ayah dan ibu akan makan, jika nanti saya sudah besar.”

Ayah dan ibunya saling bertatapan teringat perlakuan mereka yang selama ini memberikan makan orang tuanya dengan piring kayu. Mereka mulai membayangkan hal tersebut terjadi kepada mereka. Tampa sengaja sang ibu menangis dan langsung memeluk anaknya. Sejak kejadian itu mereka selalu memapah sang kakek ke meja makan, untuk makan bersama. Jika ia lapar atau haus, mereka segera membawakan makanan dan minuman untuknya. Mereka tidak lagi mempersalahkan perlakuan sang kakek, meski harus selalu membersihkan sisa makan sang kakek yang selalu tumpah di meja makan.

Pembaca yg bijak, bukankah semua yg kebaikan yg kita lakukan kembalinya ke kita juga?
Begitupun setiap keburukan yg kita lakukan…?!

Mulai sekarang mari kita berjanji untuk selalu melakukan yg terbaik bagi orang2 di sekeliling kita…

Semoga Allah selalu mencurahkan Rahmat-nya bagi yg selalu mengingatkan dalam hal2 kebaikan…

»»  Baca Lebih Lanjut...

Untukmu Negeriku Tercinta

[wallcoo.com]_015_4

[ter-copas dari CATATAN SUBUH #89]

Bapak Presiden, kami
marah bukan karena benci. Kami marah
karena cinta. Cinta yang kepalang
besar bagi pertiwi yang tanahnya
sudah kami injak puluhan tahun, yang
udaranya kami hirup setiap hari, yang
hasil buminya memberi makan mulut-
mulut kami.Prihatin tak lagi cukup,
Bapak. Beragam janji dan instruksi
tidak lagi mampu membungkam mulut
kami, karena kami sudah kenyang
dengan janji. Kami lelah menunggu
tanpa daya. Kami letih menonton tanpa
bisa berbuat apa-apa.Kami ingin pajak
yang kami bayarkan digunakan untuk
sebaik-baiknya kepentingan rakyat dan
pembangunan negara, karena sekalipun
kami hidup berkecukupan, jutaan
penduduk Indonesia belum menikmati
kehidupan yang layak. Sudah cukup
kami merasa pedih melihat uang hasil
jerih payah kami digunakan untuk
plesiran anggota dewan yang
terhormat, sementara jutaan rakyat
miskin makan nasi yang sudah kotor
setiap hari.
Bapak, tolong dengarkan kami. Lakukan
sesuatu. Bertindaklah agar kami tahu
orang yang kami pilih memang layak
mengemban kepercayaan kami.
Kami tak minta banyak, sungguh.
Jangan bilang itu terlalu sulit

»»  Baca Lebih Lanjut...

Berharap dari Daun-daun yang Gugur

[di-copas dari CATATAN SUBUH #88]

17

Dahulu di sebuah kota di Madura, ad a seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Dhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.

Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.

Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. “Jika kalian kasihan kepadaku,” kata nenek itu, “Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya.”

Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.

Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu: “Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai,” tuturnya. “Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah (shalawat Nabi). Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya.”

Para Pembaca yang bijak, kisah hikmah ini di tulis oleh Jalaludin Rahmat dari seseorang yg mendengar dari Kiai Madura, D. Zawawi Imran, membuat bulu kuduk saya merinding. Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Allah subhanahu wa ta’ala. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Alloh. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

»»  Baca Lebih Lanjut...

Kematian yang Ditunda Akibat Penyesalan

[Di-Copas dari CATATAN SUBUH #87]

7tviwu7k

Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke, sudah 7 malam dirawat di RS di ruang ICU. Di saat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia roh seorang Malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya. Malaikat memulai pembicaraan, "Kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!"

"Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang ..." kata si pengusaha ini dengan yakinnya.

Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati.

Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali mengunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, "Apakah besok pagi aku sudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit."

Dengan lembut si Malaikat berkata, "aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi, rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu."

Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si Malaikat menunjukkan layar besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra-putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka.

Kata Malaikat, "Aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua - itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu."

Kembali terlihat di mana si istri sedang berdoa jam 2:00 subuh, "Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar di hadapanMu. Tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah dan hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri." Dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat.

Melihat peristiwa itu, tanpa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini . . . timbul penyesalan bahwa selama ini dia bukanlah suami yang baik dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya, dan malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.

Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini, penyesalan yang luar biasa tapi waktunya sudah terlambat! Tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang!

Dengan setengah bergumam dia bertanya, "Apakah di antara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?"

Jawab si Malaikat, "Ada beberapa yang berdoa buatmu tapi mereka tidak tulus, bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini, itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik, bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah."

Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia, tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam.

Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.

Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata, "Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu!! Kau tidak jadi meninggal, karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00."

Dengan terheran-heran dan tidak percaya,si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.

"Bukankah itu Panti Asuhan?" kata si pengusaha pelan.

"Benar, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri."

"Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU, setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu."

-------

Pembaca yang Budiman...
Sedekah terang2an boleh...
Sedekah diam2 juga boleh...
Yang gagh boleh itu, diam2 ga sedekah....

Semangat Puasa ....!!!!!

»»  Baca Lebih Lanjut...

Rabu, 18 Juli 2012

Pembukaan

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh...

Alhamdulillah, keinginan untuk punya blog sendiri udah kesampean juga. Di blog ini nanti, insyaalloh saya akan berbagi beberapa catatan inspiratif dan sebagai perenungan untuk kita semua dalammenjalani hidup ini. Insyaalloh, catatan pertama akan tayang di hari pertama Bulan Ramadhan......

Sekalian juga saya mengucapkan "Marhaban yaa Ramadhaan, Marhaban yaa Syahro-s Shiyaamii...."
»»  Baca Lebih Lanjut...

Selasa, 17 Juli 2012

Iklan "Dilarang Merokok" Yang Menyentuh

anda seorang perokok berat? atau hanya seorang perokok? jika iya, sebaiknya anda meluangkan waktu semenit setengah untuk menyaksikan sebuah video dari YouTube.com yang sangat menyentuh. silahkan langsung buffer aja video nya.

»»  Baca Lebih Lanjut...