Senin, 19 November 2012

Mimpi seorang nabi

Selamat pagi, pembaca catatan subuh yang selalu dirahmati Alloh (insyaalloh)

Pagi ini, CatBuh akan bercerita tenyang sebuah hikmah yang bisa menginspirasi kita semua. Cekidot Yuuuuukkk.....

Abu Laits as-Samarqandi adalah seorang ahli fiqh yang masyur. Suatu ketika dia pernah
berkata, ayahku menceritakan bahawa antara Nabi-nabi yang bukan Rasul ada menerima wahyu dalam
bentuk mimpi dan ada yang hanya mendengar suara.

    Maka salah seorang Nabi yang menerima wahyu melalui mimpi itu, pada suatu malam bermimpi
diperintahkan yang berbunyi, "Esok engkau dikehendaki keluar dari rumah pada waktu pagi menghala ke
barat. Engkau dikehendaki berbuat, pertama; apa yang negkau lihat (hadapi) maka makanlah,
kedua; engkau sembunyikan, ketiga; engkau terimalah, keempat; jangan engkau putuskan harapan, yang
kelima; larilah engkau daripadanya."

    Pada keesokan harinya, Nabi itu pun keluar dari rumahnya menuju ke barat dan kebetulan yang
pertama dihadapinya ialah sebuah bukit besar berwarna hitam. Nabi itu kebingungan sambil berkata,
"Aku diperintahkan memakan pertama aku hadapi, tapi sungguh aneh sesuatu yang mustahil yang tidak
dapat dilaksanakan." Maka Nabi itu terus berjalan menuju ke bukit itu dengan hasrat untuk memakannya.
Ketika diamenghampirinya, tiba-tiba bukit itu mengecilkan diri sehingga menjadi sebesar buku roti.
Maka Nabi itu pun mengambilnya lalu disuapkan ke mulutnya. Bila ditelan terasa sungguh manis bagaikan
madu. Dia pun mengucapkan syukur 'Alhamdulillah'.

    Kemudian Nabi itu meneruskan perjalanannya lalu bertemu pula dengan sebuah mangkuk emas.
Dia teringat akan arahan mimpinya supaya disembunyikan, lantas Nabi itu pun menggali sebuah lubang lalu
ditanamkan mangkuk emas itu, kemudian ditinggalkannya. Tiba-tiba mangkuk emas itu terkeluar semula.
Nabi itu pun menanamkannya semula sehingga tiga kali berturut-turut.

    Maka berkatalah Nabi itu, "Aku telah melaksanakan perintahmu." Lalu dia pun meneruskan
perjalanannya tanpa disedari oleh Nabi itu yang mangkuk emas itu terkeluar semula dari tempat ia
ditanam. Ketika dia sedang berjalan, tiba-tiba dia ternampak seekor burung helang sedang mengejar
seekor burung kecil. Kemudian terdengarlah burung kecil itu berkata, "Wahai Nabi Allah, tolonglah aku."
Mendengar rayuan burung itu, hatinya merasa simpati lalu dia pun mengambil burung itu dan dimasukkan
ke dalam bajunya. Melihatkan keadaan itu, lantas burung helang itu pun datang menghampiri Nabi itu
sambil berkata, "Wahai Nabi Allah, aku sangat lapar dan aku mengejar burung itu sejak pagi tadi.
Oleh itu janganlah engkau patahkan harapanku dari rezekiku."

    Nabi itu teringatkan pesanan arahan dalam mimpinya yang keempat, iaitu tidak boleh putuskan
harapan. Dia menjadi kebingungan untuk menyelesaikan perkara itu. Akhirnya dia membuat keputusan
untuk mengambil pedangnya lalu memotong sedikit daging pehanya dan diberikan kepada helang itu.
Setelah mendapat daging itu, helang pun terbang dan burung kecil tadi dilepaskan dari dalam bajunya.
Selepas kejadian itu, Nabi meneruskan perjalannya.

    Tidak lama kemudian dia bertemu dengan satu bangkai yang amat busuk baunya, maka dia pun
bergegas lari dari situ kerana tidak tahan menghidu bau yang menyakitkan hidungnya.
Setelah menemui kelima-lima peristiwa itu, maka kembalilah Nabi kerumahnya.
Pada malam itu, Nabi pun berdoa. Dalam doanya dia berkata, "Ya Allah, aku telah pun
melaksanakan perintah-Mu sebagaimana yang diberitahu di dalam mimpiku, maka jelaskanlah kepadaku
arti semuanya ini."

    Dalam mimpi beliau telah diberitahu oleh Allah S.W.T. bahawa, "Yang pertama engkau makan
itu ialah marah. Pada mulanya nampak besar seperti bukittetapi pada akhirnya jika bersabar dan dapat
mengawal serta menahannya, maka marah itu pun akan menjadi lebih manis daripada madu.
Kedua; semua amal kebaikan (budi), walaupun disembunyikan, maka ia tetap akan nampak jua.
Ketiga; jika sudah menerima amanah seseorang, maka janganlah kamu khianat kepadanya.
Keempat; jika orang meminta kepadamu, maka usahakanlah untuknya demi membantu kepadanya
meskipun kau sendiri berhajat. Kelima; bau yang busuk itu ialah ghibah (menceritakan hal seseorang).
Maka larilah dari orang-orang yang sedang duduk berkumpul membuat ghibah."

    Saudara-saudaraku, kelima-lima kisah ini hendaklah kita semaikan dalam diri kita,
sebab kelima-lima perkara ini sentiasa sahaja berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari.
Perkara yang tidak dapat kita elakkan setiap hari ialah mengata hal orang, memang menjadi tabiat
seseorang itu suka mengata hal orang lain. Haruslah kita ingat bahawa kata-mengata hal seseorang itu
akan menghilangkan pahala kita, sebab ada sebuah hadis mengatakan di akhirat nanti ada seorang hamba
Allah akan terkejut melihat pahala yang tidak pernah dikerjakannya. Lalu dia bertanya,
"Wahai Allah, sesungguhnya pahala yang Kamu berikan ini tidak pernah aku kerjakan di dunia dulu."

    Maka berkata Allah S.W.T., "Ini adalah pahala orang yang mengata-ngata tentang dirimu."
Dengan ini haruslah kita sedar bahawa walaupun apa yang kita kata itu memang benar,
tetapi kata-mengata itu akan merugikan diri kita sendiri. Oleh kerana itu, hendaklah kita jangan
mengata hal orang walaupun ia benar.

»»  Baca Lebih Lanjut...

Senin, 05 November 2012

Gajah Terantai

Pemb, kali ini catatan subuh mengangkat flash story, hanya untuk merefresh otak kita di hari Senin Pagi ini...
Silakan di simak...


Ketika masih kecil, gajah sirkus dirantai kakinya, setiap akan jalan melangkah, dia terjatuh tertahan rantai, tersungkur. Setelah berkali kali tersungkur, dia tidak lagi berani berjalan bila ada rantai dikakinya.
Waktu sudah dewasa, bila ada rantai dikakinya, maka gajah itupun tidak akan berani berjalan lagi. Padahal badan nya sudah berubah besar dan tenaganya hebat, dan pasti rantai itu tidak akan mampu menahannya.
Sang gajah tidak berani mencoba berjalan lagi, karena dalam ingatannya dia akan tersungkur bila mencoba. Diotaknya ada rantai. Kakinya bisa dengan mudah merdeka, tetapi jiwanya terantai.
Pecinta Catatan Subuh yg bijak, semoga ada hal yg bisa diambil dr cerita diatas

»»  Baca Lebih Lanjut...

Sabtu, 03 November 2012

Kisah Narapidana dan Odolnya

Pemb, ini kisah seseorang yang dalam episode hidupnya sempat ia lewati dalam penjara. Bermula dari hal yang sepele. Lelaki itu kehabisan odol dipenjara.
Malam itu adalah malam terakhir bagi odol diatas sikat giginya. Tidak ada sedikitpun odol yang tersisa untuk esok hari. Dan ini jelas-jelas sangat menyebalkan. Istri yang telat berkunjung, anak-anak yang melupakannya dan diabaikan oleh para sahabat, muncul menjadi kambing hitam yang sangat menjengkelkan.
Sekonyong-konyong lelaki itu merasa sendirian, bahkan lebih dari itu : tidak berharga ! Tertutup bayangan hitam yang kian membesar dan menelan dirinya itu, tiba-tiba saja pikiran nakal dan iseng muncul. Bagaimana jika ia meminta odol pada TUHAN ?
Berdoa untuk sebuah kesembuhan sudah berkali-kali kita dengar mendapatkan jawaban dari-NYA . Meminta dibukakan jalan keluar dari setumpuk permasalahanpun bukan suatu yang asing bagi kita. Begitu pula dengan doa-doa kepada orang tua yang telah berpulang, terdengar sangat gagah untuk diucapkan. Tetapi meminta odol kepada Sang Pencipta jutaan bintang gemintang dan ribuan galaksi, tentunya harus dipikirkan berulang-ulang kali sebelum diutarakan. Sesuatu yang sepele dan mungkin tidak pada tempatnya. Tetapi apa daya, tidak punya odol untuk esok hari –entah sampai berapa hari- menjengkelkan hatinya amat sangat.
Amat tidak penting bagi orang lain, tetapi sangat penting bagi dirinya.
Maka dengan tekad bulat dan hati yang dikuat-kuatkan dari rasa malu, lelaki itu memutuskan untuk mengucapkan doa yang ia sendiri anggap gila itu. Ia berdiri ragu-ragu dipojok ruangan sel penjara, dalam temaram cahaya, sehingga tidak akan ada orang yang mengamati apa yang ia lakukan. Kemudian dengan cepat, bibirnya berbisik : “YA ALLAH YA TUHANKU, Kau mengetahuinya aku sangat membutuhkan benda itu”. Doa selesai.
Wajah lelaki itu tampak memerah. Terlalu malu bibirnya mengucapkan kata amin. Dan peristiwa itu berlalu demikian cepat, hingga lebih mirip dengan seseorang yang berludah ditempat tersembunyi. Tetapi walaupun demikian ia tidak dapat begitu saja melupakan insiden tersebut. Sore hari diucapkan, permintaan itu menggelisahkannya hingga malam menjelang tidur. Akhirnya, lelaki itu –walau dengan bersusah payah- mampu melupakan doa sekaligus odolnya itu.
Tepat tengah malam, ia terjaga oleh sebuah keributan besar dikamar selnya.
“Saya tidak bersalah Pak !!!”, teriak seorang lelaki gemuk dengan buntalan tas besar dipundak, dipaksa petugas masuk kekamarnya,” Demi TUHAN Pak !!! Saya tidak salah !!! Tolong Pak…Saya jangan dimasukin kesini Paaaaaaaaak..!!!”
Sejenak ruangan penjara itu gaduh oleh teriakan ketakutan dari ‘tamu baru’ itu.
“Diam !!”, bentak sang petugas,”Semua orang yang masuk keruangan penjara selalu meneriakkan hal yang sama !! Jangan harap kami bisa tertipu !!!!”
“Tapi Pak…Sssa..”
Brrrraaaaang !!!!
Pintu kamar itu pun dikunci dengan kasar. Petugas itu meninggalkan lelaki gemuk dan buntalan besarnya itu yang masih menangis ketakutan.
Karena iba, lelaki penghuni penjara itupun menghampiri teman barunya. Menghibur sebisanya dan menenangkan hati lelaki gemuk itu. Akhirnya tangisan mereda, dan karena lelah dan rasa kantuk mereka berdua pun kembali tertidur pulas.
Pagi harinya, lelaki penghuni penjara itu terbangun karena kaget. Kali ini karena bunyi tiang besi yang sengaja dibunyikan oleh petugas. Ia terbangun dan menemukan dirinyanya berada sendirian dalam sel penjara. Lho mana Si Gemuk, pikirnya. Apa tadi malam aku bemimpi ? Ah masa iya, mimpi itu begitu nyata ?? Aku yakin ia disini tadi malam.
“Dia bilang itu buat kamu !!”, kata petugas sambil menunjuk ke buntalan tas dipojok ruangan. Lelaki itu segera menoleh dan segera menemukan benda yang dimaksudkan oleh petugas. Serta merta ia tahu bahwa dirinya tidak sedang bermimpi.
“Sekarang dia dimana Pak ?”, tanyanya heran.
“Ooh..dia sudah kami bebaskan, dini hari tadi…biasa salah tangkap !”, jawab petugas itu enteng, ”saking senangnya orang itu bilang tas dan segala isinya itu buat kamu”.
Petugas pun ngeloyor pergi.
Lelaki itu masih ternganga beberapa saat, lalu segera berlari kepojok ruangan sekedar ingin memeriksa tas yang ditinggalkan Si Gemuk untuknya.
Tiba-tiba saja lututnya terasa lemas. Tak sanggup ia berdiri.
“Subhanallah.... !!!!”, laki-laki itu mengerang. Ia tersungkur dipojok ruangan, dengan tangan gemetar dan wajah basah oleh air mata. Lelaki itu bersujud disana, dalam kegelapan sambil menangis tersedu-sedu.
Disampingnya tergeletak tas yang tampak terbuka dan beberapa isinya berhamburan keluar. Dan tampaklah lima kotak odol, sebuah sikat gigi baru, dua buah sabun mandi, tiga botol sampo, dan beberapa helai pakaian sehari-hari.
Pembaca yang bijak, semoga semua ini dapat menjadi tambahan bekal ketika kita meneruskan berjalan menempuh kehidupan kita masing-masing. Jadi suatu ketika, saat kita merasa jalan dihadapan kita seolah terputus. Sementara harapan seakan menguap diganti deru ketakutan, kebimbangan dan putus asa.
Pecinta catatan Subuh, pada saat seperti itu ada baiknya kita mengingat sungguh-sungguh bahkan Odol pun akan dikirimkan dari Surga bagi siapapun yang membutuhkannya. Apalagi jika kita meminta sesuatu yang mulia. Sesuatu yang memuliakan harkat manusia dan DIA yang menciptakan kita.
Tetap Semangat.....
Tetap santun..

»»  Baca Lebih Lanjut...

Seorang Tua, Anaknya, dan Kudanya

Pernah ada seorang tua yang hidup di desa kecil. Meskipun ia miskin, semua orang cemburu kepadanya karena ia memiliki kuda putih cantik. Bahkan raja menginginkan hartanya itu. Kuda seperti itu belum pernah dilihat begitu kemegahannya, keagungannya dan kekuatannya.
Orang menawarkan harga amat tinggi untuk kuda jantan itu, tetapi orang tua itu selalu menolak, "Kuda ini bukan kuda bagi saya," ia akan mengatakan. "Ia adalah seperti seseorang. Bagaimana kita dapat menjual seseorang. Ia adalah sahabat bukan milik. Bagaimana kita dapat menjual seorang sahabat."
Orang itu miskin dan godaan besar. Tetapi ia tetap tidak menjual kuda itu.
Suatu pagi ia menemukan bahwa kuda itu tidak ada di kandangnya. Seluruh desa datang menemuinya.
"Orang tua bodoh," mereka mengejek dia, "sudah kami katakan bahwa seseorang akan mencuri kudamu. Kami sudah peringatkan bahwa kamu akan dirampok. Anda begitu miskin. Mana mungkin anda dapat melindungi binatang yang begitu berharga? Sebaiknya anda sudah menjualnya. Anda boleh minta harga apa saja. Harga setinggi apapun akan di bayar juga. Sekarang kuda itu hilang dan anda dikutuk oleh kemalangan."
Orang tua itu menjawab, "Jangan bicara terlalu cepat. Katakan saja bahwa kuda itu tidak berada di kandangnya. Itu saja yang kita tahu; selebihnya adalah penilaian. Apakah saya di kutuk atau tidak, bagaimana Anda dapat ketahui itu? Bagaimana Anda dapat menghakimi?"
Orang protes, "Jangan menggambarkan kita sebagai orang bodoh! Mungkin kita bukan ahli filsafat, tetapi filsafat hebat tidak diperlukan. Fakta sederhana bahwa kudamu hilang adalah kutukan."
Orang tua itu berbicara lagi, "Yang saya tahu hanyalah bahwa kandang itu kosong dan kuda itu pergi. Selebihnya saya tidak tahu. Apakah itu kutukan atau berkat, saya tidak dapat katakan. Yang dapat kita lihat hanyalah sepotong saja. Siapa tahu apa yang akan terjadi nanti?"
Orang-orang desa tertawa. Menurut mereka orang itu gila. Mereka memang selalu menganggap dia orang tolol; kalau tidak, ia akan menjual kuda itu dan hidup dari uang yang diterimanya. Sebaliknya, ia seorang tukang potong kayu miskin, orang tua yang memotong kayu bakar dan menariknya keluar hutan lalu menjualnya. Uang yang ia terima hanya cukup untuk membeli makanan, tidak lebih. Hidupnya sengsara sekali. Sekarang ia sudah membuktikan bahwa ia betul-betul tolol.
Sesudah lima belas hari, kuda itu kembali. Ia tidak di curi, ia lari ke dalam hutan. Ia tidak hanya kembali, ia juga membawa sekitar selusin kuda liar bersamanya. Sekali lagi penduduk desa berkumpul di sekeliling tukang potong kayu itu dan mengatakan, "Orang tua, kamu benar dan kami salah. Yang kami anggap kutukan sebenarnya berkat. Maafkan kami."
Jawab orang itu, "Sekali lagi kalian bertindak gegabah. Katakan saja bahwa kuda itu sudah balik. Katakan saja bahwa selusin kuda balik bersama dia, tetapi jangan menilai. Bagaimana kalian tahu bahwa ini adalah berkat? Anda hanya melihat sepotong saja. Kecuali kalau kalian sudah mengetahui seluruh cerita, bagaimana anda dapat menilai? Kalian hanya membaca satu halaman dari sebuah buku. Dapatkah kalian menilai seluruh buku? Kalian hanya membaca satu kata dari sebuah ungkapan. Apakah kalian dapat mengerti seluruh ungkapan? Hidup ini begitu luas, namun Anda menilai seluruh hidup berdasarkan satu halaman atau satu kata.Yang anda tahu hanyalah sepotong! Jangan katakan itu adalah berkat. Tidak ada yang tahu. Saya sudah puas dengan apa yang saya tahu. Saya tidak terganggu karena apa yang saya tidak tahu."
"Barangkali orang tua itu benar," mereka berkata satu kepada yang lain. Jadi mereka tidak banyak berkata-kata. Tetapi di dalam hati mereka tahu ia salah. Mereka tahu itu adalah berkat. Dua belas kuda liar pulang bersama satu kuda. Dengan kerja sedikit, binatang itu dapat dijinakkan dan dilatih, kemudian dijual untuk banyak uang.
Orang tua itu mempunyai seorang anak laki-laki. Anak muda itu mulai menjinakkan kuda-kuda liar itu. Setelah beberapa hari, ia terjatuh dari salah satu kuda dan kedua kakinya patah. Sekali lagi orang desa berkumpul sekitar orang tua itu dan menilai.
"Kamu benar," kata mereka, "Kamu sudah buktikan bahwa kamu benar. Selusin kuda itu bukan berkat. Mereka adalah kutukan. Satu-satunya puteramu patah kedua kakinya dan sekarang dalam usia tuamu kamu tidak ada siapa-siapa untuk membantumu. Sekarang kamu lebih miskin lagi."
Orang tua itu berbicara lagi, "Ya, kalian kesetanan dengan pikiran untuk menilai, menghakimi. Jangan keterlaluan. Katakan saja bahwa anak saya patah kaki. Siapa tahu itu berkat atau kutukan? Tidak ada yang tahu. Kita hanya mempunyai sepotong cerita. Hidup ini datang sepotong-sepotong."
Maka terjadilah 2 minggu kemudian negeri itu berperang dengan negeri tetangga. Semua anak muda di desa diminta untuk menjadi tentara. Hanya anak si orang tua tidak diminta karena ia sedang terluka. Sekali lagi orang berkumpul sekitar orang tua itu sambil menangis dan berteriak karena anak-anak mereka sudah dipanggil untuk bertempur. Sedikit sekali kemungkinan mereka akan kembali. Musuh sangat kuat dan perang itu akan dimenangkan musuh. Mereka mungkin tidak akan melihat anak-anak mereka kembali.
"Kamu benar, orang tua," mereka menangis, "Tuhan tahu kamu benar. Ini membuktikannya. Kecelakaan anakmu merupakan berkat. Kakinya patah, tetapi paling tidak ia ada bersamamu. Anak-anak kami pergi untuk selama-lamanya."
Orang tua itu berbicara lagi, "Tidak mungkin untuk berbicara dengan kalian. Kalian selalu menarik kesimpulan. Tidak ada yang tahu. Katakan hanya ini: anak-anak kalian harus pergi berperang, dan anak saya tidak. Tidak ada yang tahu apakah itu berkat atau kutukan. Tidak ada yang cukup bijaksana untuk mengetahui. Hanya Allah yang tahu."
Member ikon yg bijak, sebenernya kita hanya tahu sepotong dari seluruh kejadian. Kecelakaan-kecelakaan dan kengerian hidup ini hanya merupakan satu halaman dari buku besar. Kita jangan terlalu cepat menarik kesimpulan. Kita harus simpan dulu penilaian kita dari badai-badai kehidupan sampai kita ketahui seluruh cerita....
Yang paling penting, sebaiknya kita susun kehidupan kita ke arah mana hidup yg kita tuju ini...
Karena sebenernya manusia diciptakan hanta untuk beribadah kepada-Nya. Itu hakekat sebenarnya.

»»  Baca Lebih Lanjut...

Misteri Seorang Ibu


Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya.
"Ibu, mengapa Ibu menangis?".
Ibunya menjawab, "Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak".
"Aku tak mengerti" kata si anak lagi.
Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. "Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti...."

Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?"
Sang ayah menjawab, "Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan". Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya.
Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis.
Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan. "Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?"
Dalam mimpinya, Tuhan menjawab, "Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama.
Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.
Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu.
Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa.
Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.
Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya.
Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.
Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan menjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak?
Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.
Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan".
Maka, dekatkanlah diri kita pada sang Ibu kalau beliau masih hidup, karena di kakinyalah kita menemukan surga.
Kasih ibu itu seperti lingkaran, tak berawal dan tak berakhir.
Kasih ibu itu selalu berputar dan senantiasa meluas, menyentuh setiap orang yang ditemuinya. Melingkupinya seperti kabut pagi, menghangatkannya seperti mentari siang, dan menyelimutinya seperti bintang malam.
#Semoga Yang Maha Kuasa mengampuni dosa-dosanya
Amiinn :))

»»  Baca Lebih Lanjut...

Ambil segelas air dan dua genggam garam

Kisah sufi yg bisa menginspirasi di hari ini.... Simak yuuk....


Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung.
“Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?” sang Guru bertanya.
“Guru, belakangan ini hidup saya penuh

masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya,” jawab sang murid muda.
Sang Guru terkekeh. “Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam.Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.”
Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.
“Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu,” kata Sang Guru.
“Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.”
Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.
“Bagaimana rasanya?” tanya Sang Guru.
“Asin, dan perutku jadi mual,” jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.
Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.
“Sekarang kau ikut aku.” Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka. “Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau.”
Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan mursyid, begitu pikirnya. “Sekarang, coba kau minum air danau itu,” kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau.
Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya, “Bagaimana rasanya?”
“Segar, segar sekali,” kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.
“Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?”
“Tidak sama sekali,” kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.
“Nak,” kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. “Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah.”
Si murid terdiam, mendengarkan.
“Tapi Nak, rasa `asin’ dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya ‘qalbu’(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau.”
Wallahu alam
Semangat...
Tetap santuun....

»»  Baca Lebih Lanjut...

Cerita Tentang Qurban

Pemb, saya masih ingin cerita tentang Qurban. Kali ini sebuah kisah nyata yang terjadi dalam Idul Adha kemarin. Simak yukkk....

Pasangan suami istri yang berprofesi sebagai pemulung memberikan dua hewan qurban di Masjid Al Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan. Pengurus masjid yang menerima dua ekor kambing itu menangis terharu.
“Saya nangis, tidak kuat menahan h

aru,” ujar Juanda (50), salah satu pengurus Masjid Al Ittihad kepada merdeka.com, Jumat (26/10/2012).
Juanda menceritakan, Selasa (23/10/2012), seorang pemulung bernama Maman datang ke Masjid Al Ittihad. Masjid megah ini terletak di kawasan elit Tebet Mas, Jaksel.
“Bawanya pakai bajaj. Dia kasih dua ekor kambing untuk qurban. Dia bicara tegas, justru saya yang menerimanya tak kuat. Saya menangis,” kata Juanda.
Dua kambing qurban yang diserahkan pemulung itu berwarna cokelat dan putih. Kambing itu justru yang paling besar di antara kambing-kambing lain.
Juanda menceritakan, pengurus lain pun terharu mendengar cerita ini. Begitu juga jamaah shalat Idul Adha saat mendengar pengumuman lewat pengeras suara sebelum shalat dilaksanakan. Mungkin, saat membaca cerita ini, mata Anda pun berkaca-kaca.
Adalah pasangan suami istri Yati (55) dan Maman (35), keduanya pemulung, menabung susah payah untuk berqurban. Yati mengaku, sempat ditertawakan saat bercerita seputar niatnya untuk berqurban.
“Pada ketawa, bilang sudah pemulung, sudah tua, nggembel, ngapain qurban,” cerita Yati, Jumat (26/10/2012).
Tapi Yati bergeming. Dia tetap meneruskan niatnya untuk membeli hewan qurban. Akhirnya setelah menabung tiga tahun, Yati bisa berqurban tahun ini.
“Pada bilang apa tidak sayang, mending uangnya untuk yang lain. Tapi saya pikir sekali seumur hidup masak tidak pernah qurban. Malu cuma nunggu daging kurban,” beber Yati.
Yati dan suaminya, Maman, sama-sama berprofesi sebagai pemulung. Pendapatan mereka jika digabung cuma Rp 25 ribu per hari. Tapi akhirnya mereka bisa membeli dua ekor kambing. Masing-masing berharga Rp 1 juta dan Rp 2 juta.
Dua kambing ini disumbangkan ke Masjid Al Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan. Jemaah masjid megah itu pun meneteskan air mata haru.
Pasangan suami istri ini tinggal di gubuk triplek kecil di tempat sampah Tebet, Jakarta Selatan. Saat merdeka.com mengunjungi gubuk Yati usai Shalat Idul Adha, Jumat (26/10/2012), Juanda, pengurus Masjid Al Ittihad, ikut menemani.
Yati membukakan pintu dan mempersilakan masuk. Tak ada barang berharga di gubuk 3×4 meter itu. Sebuah televisi rongsokan berada di pojok ruangan. Sudah bertahun-tahun TV itu tak menyala.
Wanita asal Madura ini bercerita soal mimpinya bisa berqurban. Dia malu setiap tahun harus mengantre meminta daging. “Saya ingin sekali saja bisa berqurban. Malu seumur hidup hanya minta daging,” katanya.
Yati mengaku sudah lama tinggal di pondok itu. Dia tak ingat sudah berapa lama membangun gubuk dari triplek di jalur hijau peninggalan Gubernur Legendaris Ali Sadikin itu.
“Di sini ya tidak bayar. Mau bayar ke siapa? Ya numpang hidup saja,” katanya ramah.
Semoga kisah Yati dan Maman ini bisa menginspirasi kita semua..... Amiin...
Tetap Semangat...
Tetap santun...
#wajibkoment

»»  Baca Lebih Lanjut...

Cerita Haji

Masih dalam suasanya Haji, catatan subuh coba sharing cerita yg satu ini. Simak yuuuk....

Seorang ibu berusia 59 tahun bernama Hastuti di Jati Asih Bekasi saat itu sedang gamang. Ia tengah berdiri di sebuah konter bank setelah menarik dana sebesar 1 juta rupiah dari Teller. Rasa sedih menghinggapinya lagi. Hampir saja ia menangis meratapi jumlah saldo tabungannya yang kini t

ersisa 7 juta sekian.
Bukan masalah duit yang tersisa yang sebenarnya yang membuat ia hampir menangis. Namun, sungguh saldo itu semakin jauh saja dari Biaya Setoran Haji yang berjumlah 28 juta.
Sudah berkali-kali ia mencoba menyisihkan uang yang ia miliki untuk dapat berhaji. Namun sudah berulang kali angka saldo itu tidak pernah lebih dari Rp 8 juta. Setiap kali sampai angka tersebut, selalu ada saja keperluan mendesak yang harus ia tutupi. Jadi, saldo di tabungan bukannya makin bertambah, yang ada selalu kurang dan berkurang. Semalam Hastuti tak kuasa menahan gundahnya. Ia laporkan kegalauannya kepada Tuhan Yang Maha Mendengar dalam doa & munajat.
Seolah mendapat ilham dari Allah, paginya ia menarik dana sebesar 1 juta. Kali ini dana yang ia tarik bukan untuk keperluannya pribadi, namun uang sejumlah itu akan ia infakkan kepada anak-anak yatim yang berada di lingkungannya.
Sejak pagi, ibu Hastuti sudah keluar dari rumah. Menjelang sore, baru ia kembali setelah mengambil uang di bank dan kemudian membagikannya kepada anak-anak yatim di sekitar.
Ia tiba di rumah pada pukul setengah empat sore. Ia langsung menuju kamar. Usai ganti baju dan shalat Ashar, ia panggil pembantunya yang bernama Ijah untuk membuatkan secangkir teh.
Ijah pun datang dan membawakan teh untuk sang Majikan. Dalam rumah seluas 200 meter itu, hanya mereka berdua yang mendiami. Ibu Hastuti adalah seorang perempuan yang sudah belasan tahun menjanda. Ia memilik 3 orang putra dan 2 putri. Kini semuanya telah berkeluarga dan meninggalkan rumah. Ibu Hastuti tinggal sendiri bersama Ijah dalam masa tuanya. Hal ini mungkin adalah sebuah potret lumrah masyarakat modern Indonesia zaman sekarang.
Saat Ijah datang membawa teh pesanan majikannya. Setelah meletakkan cangkir teh di meja, Ijah mendekat ke arah majikannya untuk memyampaikan sebuah berita.
"Bu..., tadi saat ibu pergi, den Bagus datang kira-kira jam 9. Ia tadinya mencari ibu, tapi karena ibu gak ada di rumah, ia nulis surat dan nitipkan sebuah amplop cokelat."
Ibu Hastuti pun kemudian mengatakan, "Oalah... Kok nggak bilang-bilang kalau mau datang. Aku khan juga kangen. Sudah lama gak ketemu. Ayo, mana Jah suratnya. Mungkin dia juga kesel sudah datang jauh-jauh tapi gak ketemu dengan bundanya."
Ijah pun masuk kembali untuk mengambil surat den Bagus dan amplop yang dititipkan. Amplop cokelat itu seperti berisikan sejumlah uang. Bentuknya pun tebal. Apalagi dalam amplop tersebut bertuliskan logo sebuah bank. Namun hasrat untuk membuka amplop itupun ditahan oleh Bu Hastuti. Tangannya kemudian bergerak ke selembar kertas yang disebut sebagai surat oleh Ijah.
Bu Hastuti mulai membacanya. Diawali dengan basmalah dan salam, surat itu dibuka. Tak lupa ucapan dan doa kesehatan untuk bunda dari anak-anaknya.
Tak lebih dari 2 menit, surat itu telah selesai dibaca oleh ibu Hastuti. Namun dalam masa yang singkat itu, air mata membanjiri kedua matanya, mengalir deras menetesi pipi dan beberapa bulir terlihat jatuh di surat yang ia pegang. Kemudian ia pun mengintip uang yang berada dalam amplop cokelat itu. Kemudian ia berucap kata "Subhanallah!" berulang-ulang seraya memanjatkan rasa syukur yang mendalam kepada Tuhan atas anugerah yang tiada terkira.
Seusai mengontrol hatinya, ia segera menelpon Bagus, anak pertamanya. Saat nada sambung terdengar, ia menarik nafas yang dalam. Begitu tersambung, bu Hastuti langsung mengucapkan salam dan mengatakan,
"Terima kasih ya Naak... Subhanallah, padahal baru semalam ibu berdoa mengadu kepada Allah kepingin berhaji, tapi ibu malu mau cerita kepada kalian semua. Takut ngerepotin... Eh, kok malah pagi-pagi kalian semua sudah nganterin duit sebanyak itu. Makasih ya, Nak... Nanti ibu juga mau telponin adik-adikmu yang lain. Semoga murah rezeki dan tambah berkah!"
Di seberang sana, Bagus putra pertamanya berkata,
"Sama-sama bu... Itu hanya kebetulan kok. Beberapa hari lalu, saya ajak adik-adik untuk rembugan supaya dapat menghajikan ibu. Kebetulan kami semua lagi diberi kelapangan, maka Alhamdulillah uang itu dapat terkumpul. Mudah-mudahan ibu bisa berhaji selekas mungkin...."
Nada suara Bagus terdengar ceria oleh ibunya. Seceria hati Hastuti kini. Sudah lama ia bersabar untuk dapat berhaji ke Baitullah.
Alhamdulillah setelah penantian sekian lama, Allah lapangkan jalan bu Hastuti untuk datang ke rumah-Nya dengan begitu mudah. Dengan dana Rp 30 juta dari anak-anaknya, niat untuk berhaji pun ia wujudkan pada tahun 2004.
Walillahil Hamd!
Tetap semangat.....
Tetap santun

»»  Baca Lebih Lanjut...

Cerita Idul Adha


Seorang penjual hewan kurban,
setelah melayani pembeli, saya
melihat seorang ibu sdg memperhatikan dagangan kami.
Dilihat dari penampilannya sepertinya dia tdk akan beli.

Namun saya coba hampiri dan menawarkan. “Silahkan bu.."
“Kalau yg itu berapa bang?” Ibu itu menunjuk hewan yg paling murah.
"Kalau yg itu harganya 600rb bu", jawab saya.
"Harga pasnya berapa?"
"500rb deh. harga segitu untung saya kecil bu, tapi biarlah.."
“Uang saya Cuma ada 450rb, boleh gak?”.
Waduh..saya bingung, karena itu harga modal kami, akhirnya saya berembug. “Biarlah..” kata saya.
Saya pun mengantar hewan ibu.
Ketika sampai di rumah ibu tersebut, saya terkejut..!.
"Astaghfirullaah.. Allahu Akbar..!"
Terasa mengigil seluruh badan saya ketika melihat keadaan rumah ibu tersebut.
Ibu itu hanya tinggal bertiga dgn ibu dan satu orang anaknya di rumah gubuk berlantai tanah.
Saya tidak melihat tempat tidur/ kasur, yang ada hanya dipan kayu beralas tikar lusuh.
Diatas dipan, sdg tertidur seorang nenek tua kurus.
“Mak..bangun mak, nih liat Sumi bawa apa..."
Perempuan tua itu terbangun.
“Mak Sumi udah beliin kambing buat emak qurban, ntar kita bawa ke Masjid ya mak..."
Orang tua itu kaget namun terlihat sorot bahagia di matanya.
Sambil mengelus-elus kambing, orang tua itu berucap, "Alhamdulillah... akhirnya kesampaian juga emak berqurban..."
“Nih bang duitnya, maaf ya kalau saya nawarnya ke murahan, saya hanya kuli cuci, saya sengaja kumpulkan uang untuk beli kambing yg mau saya niatkan buat qurban ibu saya..."
Duh GUSTI... Ampuni dosa hamba... Hamba malu berhadapan dengan hambaMU yg satu ini. HambaMU yg Miskin Harta tapi dia kaya Iman. Seperti bergetar bumi ini setelah mendengar kalimat dari ibu ini.
“Bang nih ongkos bajajnya.!" panggil si Ibu.
“Sudah bu, biar ongkos bajaj saya yg bayar."
Saya buru2 pergi sblm ibu itu tahu kalau mata ini sudah basah krn tak sanggup mendapat teguran dari اَللّÙ‡ُ swt.
Selamat merayakan Iedul Adha utk kamu muslimin yg sedang membaca catatan ini...
Tetap semangat...
Tetap santun...

»»  Baca Lebih Lanjut...

Pagi itu ketika bangun tidur...

Pagi itu ketika bangun tidur
Saya dikagetkan oleh sesosok bangkai yang penuh darah di karpet Indah di ruang keluarga rumahku
Sesosok bangkai tikus yang penuh darah dengan perut teruburai, terbujur di pojokkan karpet mengotori pagi hariku

Maka pagi itu dengan menggerutu aku buang bangkai itu dengan penuh amarah, tambah marah ketika tahu bahwa ada seekor kucing di depan pintu yang mengotori terasku dengan kakinya yang penuh darah… sehingga dengan penuh amarah aku lempar dengan sandal yang terdekat dengan tempatku berdiri…
Lalu perasaan bad mood it terbawa terus di jalan waktu menyetir mobil sehingga karena tidak terlalu “konsen” sampai menyenggol sepeda motor… sehingga menyisakan baret yang cukup dalam di bemper mobilku…
Sehingga di kantor-pun jadi tidak mood kerja – hingga dimarahi bos – hingga kerja seharian dengan pikiran tidak enak
hingga sore ketika pulang kerja…merasakan betapa menyedihkannya hari itu… bahkan bertambah emosi ketika menyadari karpet yang di ruang keluarga yang tadinya Indah sekarang menjadi kotor luar biasa dengan adanya darah tikus yang sudah mengering… lebih sulit untuk dibersihkan… sehingga malam itu semua tinggal menjadi penyesalan karena betapa banyak kerugian yang terjadi gara-gara seekor tikus…
BANDINGKAN DENGAN YANG INI…
Pagi itu ketika bangun tidur
Saya dikagetkan oleh sesosok bangkai yang penuh darah di karpet Indah di ruang keluarga rumahku
Sesosok bangkai tikus yang penuh darah dengan perut teruburai, terbujur di pojokkan karpet mengotori pagi hariku
Maka pagi itu dengan menggerutu aku buang bangkai itu dengan penuh amarah, ketika tahu keluar rumah baru sadar bahwa ada seekor kucing di depan pintu yang mengotori terasku dengan kakinya yang penuh darah… lalu aku MENYADARI… seekor kucing sudah menjalankan tugasnya menjaga rumahku…
Seekor tikus pengganggu telah berhasil dienyahkan dari rumahku.
Setelah selesai membuang bangkai tikus, aku bersihkan kaki kucing itu dengan siraman air dan sedikit menggosok sembari berbisik … TERIMAKASIH… aku BERSYUKUR ada kucing di rumahku…
Lalu setelah itu kubersihkan juga darah di karpet sebelum mengering… juga teras aku pel bersih…
Lalu berangkat kerja dengan satu pikiran nyaman … nanti malam tidak ada lagi gangguan tikus yang sering mengganggu tidurku dengan tingkahnya di atas atap rumahku….
Dan hari itu berjalan lebih nyaman dan Indah…
Memb, “Kita memang tidak bisa mengubah apa yang akan anda hadapi tapi anda bisa mengubah bagaimana anda menghadapainya, dan itu menentukan apa yang akan kita peroleh di masa yang akan datang”
Tetap positif,
Tetap santun,

»»  Baca Lebih Lanjut...

Rabu, 24 Oktober 2012

(Mirip) Malin Kundang

Pemb, anda pasti sdh tau cerita Malin Kundang. Seorang ibu yg mengutuk anaknya... Kelihatannya cerita itu bagus, tp masih kurang dikit.. Adakah cerita spt itu yg lebih islami Min? Oow ada. Cekidot::


Seorang bocah mungil sedang asyik bermain-main tanah. Sementara sang ibu sedang menyiapkan jamuan makan yang diadakan sang ayah. Belum lagi datang para tamu menyantap makanan, tiba-tiba kedua tangan bocah yang mungil itu menggenggam debu. Ia masuk ke dalam rumah dan menaburkan debu itu diatas makanan yang tersaji.
Tatkala sang ibu masuk dan melihatnya, sontak beliau marah dan berkata,
"idzhab ja'alakallahu imaaman lilharamain,"
(artinya)
"Pergi kamu...! Biar kamu jadi imam di Haramain...!"
Dan SubhanAllah pemb, kini anak itu telah dewasa dan telah menjadi imam di masjidil Haram...!!Tahukah Pemb, siapa anak kecil yang di doakan ibunya saat marah itu...??
Beliau adalah Syeikh Abdurrahman as-Sudais, Imam Masjidil Haram yang nada tartilnya menjadi favorit kebanyakan kaum muslimin di seluruh dunia.


Pecinta Catatan Subuh yg semakin bijak, ini adalah teladan bagi para ibu , calon ibu, ataupun orang tua... hendaklah selalu mendoakan kebaikan untuk anak-anaknya. Bahkan meskipun ia dalam kondisi yang marah. Karena salah satu doa yang tak terhalang adalah doa orang tua untuk anak-anaknya.
Sekaligus menjadi peringatan bagi kita agar menjaga lisan dan tidak mendoakan keburukan bagi anak-anaknya. Meski dalam kondisi marah sekalipun.
"Janganlah kalian mendoakan (keburukan) untuk dirimu sendiri, begitupun untuk anak-anakmu, pembantumu, juga hartamu.
Jangan pula mendoakan keburukan yang bisa jadi bertepatan dengan saat dimana Allah mengabulkan doa kalian..."
Dan Pemb, tentu saja menjaga lisat tetap santun bisa kita tetapkan untuk siapa saja yg kita temui... Iya, siapa saja, bahkan apa saja.
Semangat Rabu Pageee...!!! Semangat Puasa Tarwiyaaahhh...!!!
#jadi tau kenapa harus ada tulisan ini:
Tetap Santuun....

»»  Baca Lebih Lanjut...

Katanya Allah itu ada? Mana buktinya?

Kisah ini termasuk kategori ‘Raddus-Syuhubuhat’ (jawaban atas tuduhan) tentang Islam. Musuh-musuh Islam selalu mencari-cari permasalahan dalam agama ini yang sulit dijawab oleh logika kita dan tujuannya agar kaum Muslimin ragu terhadap kebenaran agama mereka, terutama masalah aqidah.


Intinya ketiga orang pemuda itu ingin menguji pemahaman seorang ulama tentang Islam. Kalau ia tidak bisa menjawab ketiga pertanyaan itu, apalagi orang awam. Dan kalau tidak ada jawaban yang logis dan memuaskan, maka ada kelemahan dalam agama ini.
Ketiga pemuda itu menemui sang ulama, dengan penuh yakin bahwa sang ulama tidak bisa menjawab salah satunya mulai berbicara,
“Ya syeikh, katanya Allah itu ada, mana buktinya? Kenapa tidak bisa kita lihat?”
“Cukup? Ya, ada pertanyaan lagi?” sambut ulama itu.
“Ada syeikh, katanya Allah telah menentukan segalanya, termasuk amal perbuatan kita sudah ditentukan dan ditakdirkan. Kalau memang demikian, kenapa musti ada hisab? Dan kenapa musti ada hukuman bagi orang yang melakukan kesalahan?” pemuda kedua bertanya.
“Ya bagus. Ada lagi yang ditanyakan?” tantang syeikh itu.
“Ya ada lagi syeikh. Katanya syetan itu diciptakan dari api. Dan kita tahu bahwa syetan nanti akan dimasukkan ke dalam neraka. Apa ada pengaruhnya, api dibakar dengan api?” Tanya pemuda ketiga.
“Cukup atau ada lagi?”
“Cukup syeikh.”
“Ya sebentar ya…”
Sang ulama tidak menjawab melainkan mengambil beberapa genggam tanah keras lalu…
Pluk… prak…duss…
Dilemparkan tanah keras itu ke muka ketiga pemuda itu, dan ketiganya meringis kesakitan. Darah pun bercucuran dari wajah mereka.
“Ya syeikh, kami bertanya baik-baik, kenapa Anda melempar kami?”
“Itu jawabannya…” jawab ulama itu.
Kedua pemuda itu pergi dan langsung membawa kasus ini ke pengadilan. Melaporkan perbuatan ulama itu agar diadili karena kezhalimannya.
Pengadilan menerima aduannya dan ulama itu pun dipanggil.
Saat sudah berada di atas kursi terdakwa hakim mulai memproses hukumnya dan menanyakan kepada ulama itu perihal dakwaan ketiga pemuda itu.
“Ya syeikh,” kata hakim. “Benarkah Anda telah menyakiti ketiga pemuda ini? Bisa Anda jelaskan?”
“Ketiga pemuda itu menanyakan tiga hal dan saya telah menjawabnya.”
“Jawaban macam syeikh? Lalu kenapa mereka terluka seperti itu?”
“Ya, itu jawabannya.”
“Saya tidak mengerti, bisa Anda jelaskan?”
“Mereka bertanya bahwa Allah itu ada, jika ada, mana buktinya? Kenapa kita tidak bisa melihatnya? Sekarang saya bertanya, bagaimana rasanya saya lempar dengan tanah keras itu? Sakit?”
“Jawab wahai pemuda?” minta hakim kepada salah satunya.
“Ya sakit.”
“Kalau memang sakit, berarti sakit itu ada, kalau memang ada, mana buktinya? Kenapa saya tidak melihat ‘sakit’ itu?”
“Ini, darah ini syeikh. Darah ini tanda bahwa sakit itu ada.”
“Begitulah pak Hakim, dia tidak bisa membuktikan adanya sakit dan tidak bisa melihat sakit itu, hanya menunjukkan tandanya, darah. Bahwa sesuatu yang ada tidak mesti bisa dilihat. Tapi ada tanda-tandanya. Sakit itu ada dan tidak bisa kita lihat, hanya ada buktinya, darah. Demikian halnya dengan Pencipta kita, Allah Azza wa Jalla. Ia ada, namun keterbatasan akal kita tidak bisa menangkap keberadaan-Nya. Dan seluruh makhluk di jagad raya ini adalah bukti bahwa Allah itu ada.”
“Bisa diterima,” sela hakim.
“Pertanyaan yang kedua pak hakim, mereka bertanya bahwa Allah telah menentukan segalanya termasuk amal perbuatan manusia dan mentakdirkannya, jika demikian, apa gunanya hisab dan kenapa mesti ada hukuman bagi orang yang berbuat salah?”
“Apa jawaban Anda syeikh?”
“Sekarang saya bertanya kepada kalian. Kalau Anda berkeyakinan seperti itu, kenapa melaporkan perbuatan saya ke pengadilan? Perbuatan saya kan sudah ditentukan?”
“Bisa diterima syeikh, ada lagi?
“Yang ketiga bertanya, syetan adalah makhluk yang diciptakan dari api, lalu di akhirat nanti akan masuk neraka dan disiksa dengan api. Dan saya telah melempar mereka dengan tanah, kita tahu bahwa mereka, kita diciptakan dari tanah, kalau memang sama-sama dari tanah kenapa mesti meringis kesakitan?”
Hakim pun menerima argumentasinya dan memutuskan bebas untuk sang ulama…

»»  Baca Lebih Lanjut...

Senin, 22 Oktober 2012

Energizer and Zapper

Pemb, catatan kali ini lumayan berat, tidak seprti biasanya. Ini tulisan dari guru saya, Miss Wahyunengsih. Jika kita simak bener2, maka ada sesuatu yg sangat berharga dari tulisan ini, simak yuuk......


Pemb, ketika kita menonton filem yang sedih, kita tahanpun tidak bisa, airmata ikut mengalir. Walau kita tahu itu “hanya” sebuah filem. Demikian pula sebaliknya, ber-sama2 dengan teman2 yang suka tertawa kita ikut gembira. Empati, rasa ikut merasakan perasaan orang lain, memang ada didalam kita sejak lahir, dan menjadi bagian dari kehidupan kita.
Pada perjalanan kehidupan kita, sering kita temui dua type manusia ekstrim: Energizer dan Zapper. Kita harus pandai2 memilah dan memilih mereka. Karena sukses kita tergantung dari bagaimana kita memilih teman, karyawan, atasan, ataupun network yang benar.
Zapper melihat kehidupan sebagai sebuah persoalan besar, selalu mencurigai siapa dan apa saja, iri pada sukses orang lain, menggembosi kegembiraan teman2, terlalu cepat menuduh orang, selalu menceritakan kekurangan orang lain, tidak mudah tersenyum, serta banyak sikap2 negatip lainnya.
Saya yakin anda kenal orang seperti ini, dan dekat dengan satu orang seperti ini sejam saja, habis energi positip kita, kita turut menjadi murung, emotional ikut marah, dan tidak bersemangat sama sekali untuk mengerjakan apa saja.
Sedangkan type Energizer selalu melihat kehidupan dari sisi kesempatan, membuat orang tambah semangat, menerima dan optimis pada keadaan apapun. Energizer sering tersenyum dan tertawa terbahak bahak, bersyukur pada apa yang terjadi, turut merasa senang atas impian orang lain dan menyemangatinya. Membuat orang merasa nyaman dan bersemangat kembali walau dihadang kesulitan.
Nah, tipe ini juga saya yakin sering anda temui dalam kehidupan anda. Tangkap dan jadikan sahabat, karena kita membutuhkan energizers untuk kesuksesan kita. Kita pasti akan mengalami kesulitan dalam perjalanan kehidupan kita, dan energizer akan meringankan beban kita, membuka belitan kesulitan yang kita hadapi, membuat kita kembali bersemangat.
Kita mempunyai pilihan, dan kita harus mencari sebanyak mungkin energizers dalam network kita, menhindari zappers sebisanya. Hidup sudah cukup sulit, persaingan makin tajam, dan kita tidak selalu benar dalam berbisnis. Kita membutuhkan teman yang bisa membuat kita bersemangat selalu.
Kita sendiri harus juga menjadi Energizers! Karena kita tahu orang2 lebih suka bersahabat dengan energizers, dan kalau orang lebih suka bersahabat dengan kita, maka kesempatan sukses kita akan lebih besar. Ini sebuah keunggulan komparatip yang berguna.
Memberi ikon yg Bijak, ayo bersikap optimistik dan positip, jangan terlalu sering mengkritik, semangatilah mereka semua, sering berikan support dengan tulus, katakan “asal kamu mau, pasti bisa.” Selalulah tersenyum dan tertawa, dan selalu lah ringan tangan membantu orang lain. Hidup Energizers! Salam sukses selalu.
Semangat Senin...

»»  Baca Lebih Lanjut...

Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia

Pemb, mau dengerin curhat seorang sahabat Admin, sebut ajah namanya Anna.... Cekidot.....


Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan Saya menyukai perasaan hangat yang muncul dihati saya ketika saya bersandar di bahunya yang bidang.
Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan,saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif sertaberperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.
Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.
Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.
“Mengapa?”, dia bertanya dengan terkejut. “Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan”. Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.
Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya? Dan akhirnya dia bertanya, “Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?”.
Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, “Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya, saya akan merubah pikiran saya: Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati.
Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?” Dia termenung dan akhirnya berkata, “Saya akan memberikan jawabannya besok.”. Hati saya langsung gundah mendengar responnya.
Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret-oretan tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan … “Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya.” Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya. Saya melanjutkan untuk membacanya.
“Kamu bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di PC-nya dan akhirnya menangis di depan monitor, saya harus memberikan jari-2 saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki programnya. Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu, dan membukakan pintu untukmu ketika pulang. Kamu suka jalan-jalan ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru yang kamu kunjungi, saya harus menunggu di rumah agar bisa memberikan mata saya untuk mengarahkanmu. Kamu selalu pegal-pegal pada waktu “teman baikmu” datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal. Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi “aneh”. Dan harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami. Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu. Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu.
“Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku. Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari saya mencintaimu. Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, mataku, tidak cukup bagimu. Aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu.”
Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untukmembacanya.
“Dan sekarang, sayangku, kamu telah selasai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri disana menunggu jawabanmu. Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia.”
Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku.
Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintaiku.
Member pecinta Catatan subuh yang bertahi lapang, itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.
"Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu."
Selamat wikend, pemb....
Ada baiknya kita kita berpikir untuk spend quility time bersama keluarga.... Yuuukkkk.....

»»  Baca Lebih Lanjut...

Sepatu Bally Idaman Bung Hatta

PADA tahun 1950-an, Bally adalah sebuah merek sepatu yang bermutu tinggi dan tentu tidak murah. Bung Hatta, Wakil Presiden pertama RI, berminat pada sepatu Bally. Ia kemudian menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya, lalu berusaha menabung agar bisa membeli sepatu idaman tersebut.
Namun, uang tabungan tampaknya tidak pernah mencukupi karena selalu terambil untuk keperluan rumah tangga atau untuk membantu kerabat dan handai taulan yang datang kepadanya untuk meminta pertolongan. Hingga akhir hayatnya, sepatu Bally idaman Bung Hatta tidak pernah terbeli karena tabungannya tak pernah mencukupi.
Yang sangat mengharukan dari cerita ini, guntingan iklan sepatu Bally itu hingga Bung Hatta wafat masih tersimpan dan menjadi saksi keinginan sederhana dari seorang Hatta. Jika ingin memanfaatkan posisinya waktu itu, sebenarnya sangatlah mudah bagi Bung Hatta untuk memperoleh sepatu Bally. Misalnya, dengan meminta tolong para duta besar atau pengusaha yang menjadi kenalan Bung Hatta.
“Namun, di sinilah letak keistimewaan Bung Hatta. Ia tidak mau meminta sesuatu untuk kepentingan sendiri dari orang lain. Bung Hatta memilih jalan sukar dan lama, yang ternyata gagal karena ia lebih mendahulukan orang lain daripada kepentingannya sendiri,” kata Adi Sasono, Ketua Pelaksana Peringatan Satu Abad Bung Hatta. Pendeknya, itulah keteladanan Bung Hatta, apalagi di tengah carut-marut zaman ini, dengan dana bantuan presiden, dana Badan Urusan Logistik, dan lain-lain.
Bung Hatta meninggalkan teladan besar, yaitu sikap mendahulukan orang lain, sikap menahan diri dari meminta hibah, bersahaja, dan membatasi konsumsi pada kemampuan yang ada. Kalau belum mampu, harus berdisiplin dengan tidak berutang atau bergantung pada orang lain.
Seandainya bangsa Indonesia dapat meneladani karakter mulia proklamator kemerdekaan ini, seandainya para pemimpin bersih dari tindak KKN, tidak mungkin bangsa dengan sumber alam yang melimpah ini menjadi bangsa terbelakang, melarat, dan nista karena tradisi berutang dan meminta sedekah dari orang asing.
Pemb, tidak perlulah kita ikut mengumpat atau bahkan demo anarkis spt yg lain. Cukup kita tahu, lalu kita mulai dari diri kita sendiri...
Ingat..!!! Liatlah diri kita sendiri dulu, jika merasa diri kita sudah cukup "bersih" ajaklah orang lain dengan santun...
Setujuh....???!

»»  Baca Lebih Lanjut...

Ini Alasan Mengapa Aku Pecat Sekretarisku...!!!

Pembaca,
Minggu lalu, ulang tahunku yang ke-50
Aku turun sarapan dengan harapan istriku ingat & mengucapkan dengan penuh mesra “Selamat Ulang tahun, Suamiku Sayang".
Waktu berlalu, istriku sama sekali tidak mengucapkan sesuatu ! Ya, itulah istriku !
Mungkin anak2ku ingat ultah papanya.
Tapi ternyata anak2 datang ke meja untuk sarapan, dan merekapun tidak berucap satu kata pun kepadaku..
Akhirnya aku berangkat kerja dengan rasa Sedih.. Juga meranaaa!!
Aku masuk ke ruangan, sekretarisku, Ina menyapaku:
“Pagi Pak, Selamat ulang tahun“
Aku merasa sedikit terobati, sebab sekretarisku mengingat hari ulang tahunku.
Jam makan siang, Ina mengetuk pintu ruanganku “Apakah Bapak tidak sadar bahwa hari ini begitu cerah, hari ultah Bapak, mari kita pergi lunch"
“Wow, itu Ide yg baik..! Ok, Lets go..“ ujarku
Kami pun pergi makan siang berdua.
Setelah lunch, Ina berkata
“Ini adalah hari yang indah, kita tidak perlu kembali ke kantor kan Pak?“
"Aku mengangguk!!"
Lalu Ina mengajak aku mampir ke apartemennya.
Setiba di apartemennya, dia berkata:
“Pak, maaf tunggu sebentar, saya mau ke ruang tidur melepaskan sesuatu agar lebih nyaman“ ;;)
"WooOkay...!!! ", sahutku dengan gembira.
"Ehmm.." Fikiran dewasaku menyeruak !
Ina masuk ke kamar tidur.
Kira-kira 10 menit kmudian...........
Ina keluar membawa KUE ultah, tapi...
Di iringi Istri & anak2ku serta sejumlah rekan kerjaku sambil bernyanyi
"Selamat Ulang Tahun".
Sementara aku......
Duduk TERPAKU di atas sofa, dgn setengah TILANJANG Hanya handuk yg melilit
...Moodiiarr kowe!...

»»  Baca Lebih Lanjut...

Sabtu, 20 Oktober 2012

Petuah Sang Guru Tentang Cinta

Seorang guru bertanya kepada murid-muridnya :" Anak-anakku....mengapa ketika seseorang dalam keadaan marah ia berbicara kuat atau berteriak?"
Seorang murid setelah berpikir cukup lama mengangkat tangan dan menjawab : "Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran sehingga ia berteriak."
Sang Guru kembali bertanya : "Tapi...lawan bicaranya ada di sampingnya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara halus?
Hampir semua murid memberikan sejumlah alasan yang dikira benar menurut pertimbangan mereka. Namun tak satupun jawaban memuaskan.
Lalu Sang Guru berkata :" Anak-anakku...ketika dua orang sedang berada dalam situasi kemarahan, jarak antara kedua hati mereka menjadi amat jauh walau secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang demikian mereka harus berteriak. Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak semakin pula mereka menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati yang ada di antara keduanya pun menjadi semakin jauh. Karena itu mereka terpaksa berteriak lebih keras lagi.
Namun sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta? Bila bicara tak usah berteriak... Suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan kecil.Sehalus apapun, keduanya bisa mendengarkan dengan begitu jelas. Mengapa demikian?
Sang Guru menjelaskan lagi. Anak- anakku... karena hati mereka begitu dekat, hati mereka tak berjarak. Sehingga sepatah katapun tak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata saja amatlah cukup membuat mereka memahami apa yang ingin mereka sampaikan.
Untuk itu anak-anakku....jika engkau sedang dilanda kemarahan, janganlah hatimu menciptakan jarak. Janganlah mengucapkan kata yang mendatangkan jarak di antara kalian. Di saat seperti itu, tak mengucapkan kata-kata mungkin merupakan cara yang bijaksana. Karena perjalanan waktulah yang akan membantu di saat engkau sudah bisa berpikir dengan jernih.
Baiklah memb, semoga ada hikmah yg bisa kita petik....

»»  Baca Lebih Lanjut...

PELAJARAN kehidupan DARI BOCAH KECIL yg BUTA

Moore adalah seorang dokter terkenal dan dihormati, melalui tangannya sudah tak terhitung nyawa yang diselamatkan, dia tinggal disebuah kota tua di Prancis. 20 tahun yang lalu dia adalah seorang narapidana, kekasihnya mengkhianati dia lari kepelukan lelaki lain, karena emosinya dia melukai lelaki tersebut, maka dia dari seorang mahasiswa di universitas terkenal menjadi seorang narapidana, dia dipenjara selama 3 tahun.
Setelah dia keluar dari penjara, kekasihnya telah menikah dengan orang lain, karena statusnya sebagai bekas narapidana menyebabkannya ketika melamar pekerjaan menjadi bahan ejekan dan penghinaan.
Dalam keadaan sakit hati, Moore memutuskan akan menjadi perampok. Dia telah mengincar di bagian selatan kota ada sebuah rumah yang akan menjadi sasarannya, para orang dewasa dirumah tersebut semuanya pergi bekerja sampai malam baru pulang kerumah, didalam rumah hanya ada seorang anak kecil buta yang tinggal sendirian.
Dia pergi kerumah tersebut mencongkel pintu utama membawa sebuah pisau belati, masuk kedalam rumah, sebuah suara lembut bertanya, “Siapa itu?” Moore sembarangan menjawab, “Saya adalah teman papamu, dia memberikan kunci rumah kepadaku.”
Anak kecil ini sangat gembira, tanpa curiga berkata, “Selamat datang, namaku Kay, tetapi papaku malam baru sampai ke rumah, paman apakah engkau mau bermain sebentar dengan saya?” Dia memandang dengan mata yang besar dan terang tetapi tidak melihat apapun, dengan wajah penuh harapan, di bawah tatapan memohon yang tulus, Moore lupa kepada tujuannya, langsung menyetujui.
Yang membuat dia sangat terheran-heran adalah anak yang berumur 8 tahun dan buta ini dapat bermain piano dengan lancar, lagu-lagu yang dimainkannya sangat indah dan gembira, walaupun bagi seorang anak normal harus melakukan upaya besar sampai ke tingkat seperti anak buta ini.
setelah selesai bermain piano anak ini melukis sebuah lukisan yang dapat dirasakan didalam dunia anak buta ini, seperti matahari, bunga, ayah-ibu, teman-teman, dunia anak buta ini rupanya tidak kosong, walaupun lukisannya kelihatannya sangat canggung, yang bulat dan persegi tidak dapat dibedakan, tetapi dia melukis dengan sangat serius dan tulus.
“Paman, apakah matahari seperti ini?” Moore tiba-tiba merasa sangat terharu, lalu dia melukis di telapak tangan anak ini beberapa bulatan, “Matahari bentuknya bulat dan terang, dan warnanya keemasan.”
“Paman, apa warna keemasan itu?” dia mendongakkan wajahnya yang mungil bertanya, Moore terdiam sejenak, lalu membawanya ketempat terik matahari, “Emas adalah sebuah warna yang sangat vitalitas, bisa membuat orang merasa hangat, sama seperti kita memakan roti yang bisa memberi kita kekuatan.”
Anak buta ini dengan gembira dengan tangannya meraba ke empat penjuru, “Paman, saya sudah merasakan, sangat hangat, dia pasti akan sama dengan warna senyuman paman.” Moore dengan penuh sabar menjelaskan kepadanya berbagai warna dan bentuk barang, dia sengaja menggambarkan dengan hidup, sehingga anak yang penuh imajinatif ini mudah mengerti. Anak buta ini mendengar ceritanya dengan sangat serius, walaupun dia buta, tetapi rasa sentuh dan pendengaran anak ini lebih tajam dan kuat daripada anak normal, tanpa terasa waktu berlalu dengan cepat.
Akhirnya, Moore teringat tujuan kedatangannya, tetapi Moore tidak mungkin lagi merampok. Hanya karena kecaman dan ejekan dari masyarakat dia akan melakukan kejahatan lagi, berdiri di hadapan Kay dia merasa sangat malu, lalu dia menulis sebuah catatan untuk orang tua Kay,
“Tuan dan nyonya yang terhormat, maafkan saya mencongkel pintu rumah kalian, kalian adalah orang tua yang hebat, dapat mendidik anak yang demikian baik, walaupun matanya buta, tetapi hatinya sangat terang, dia mengajarkan kepada saya banyak hal, dan membuka pintu hati saya.”
Tiga tahun kemudian, Moore menyelesaikan kuliahnya di universitas kedokteran, dan memulai karirnya sebagai seorang dokter.
Enam tahun kemudian, dia dan rekan-rekannya mengoperasi mata Kay, sehingga Kay bisa melihat keindahan dunia ini, kemudian Kay menjadi seorang pianis terkenal, yang mengadakan konser ke seluruh dunia, setiap mengadakan konser, Moore akan berusaha menghadirinya, duduk disebuah sudut yang tidak mencolok, mendengarkan music indah menyirami jiwanya yang dimainkan oleh seorang pianis yang dulunya buta.
Ketika Moore mengalami kekecewaan terhadap dunia dan kehidupannya, semangat dan kehangatan Kay kecil yang buta ini yang memberikan kehangatan dan kepercayaan diri kepadanya, Kay kecil yang tinggal didalam dunia yang gelap, sama sekali tidak pernah putus asa dan menyia-nyiakan hidupnya, dia membuat orang menyadari betapa besar vitalitas dalam hidup ini, vitalitas dan semangat ini menyentuh ke dasar hati Moore.
Cinta dan harapan akan dapat membuat seseorang kehilangan niat melakukan kejahatan, sedikit harapan mungkin bisa menyembuhkan seorang yang putus asa, atau bahkan bisa mengubah nasib kehidupan seseorang atau kehidupan banyak orang, seperti Moore yang telah membantu banyak orang, ketika mengalami putus asa maka bukalah pintu hatimu, maka cahaya harapan akan menyinari hatimu.

»»  Baca Lebih Lanjut...

Si Katak Tuli

Pada suatu hari ada sekumpulan katak-katak kecil yang akan berlomba. Tujuannya adalah mencapai puncak sebuah menara yang sangat tinggi. Penonton berkumpul bersama mengelilingi menara untuk menyaksikan perlombaan dan memberikan semangat kepada para peserta…
Perlombaan pun dimulai, dan tak satupun penonton yang benar-benar percaya bahwa katak-katak kecil akan bisa berhasil mencapai puncak menara.
Terdengar ada yang berkata:
“Oh, jalannya terlalu susahhhhh!!
Mereka TIDAK AKAN BISA sampai ke puncak!”
atau:
“Tidak ada kesempatan untuk berhasil, menaranya terlalu tinggi…!!
Katak-Katak kecil mulai berjatuhan satu persatu, kecuali mereka yang tetap bersemangat menaiki menara, perlahan - lahan semakin tinggi dan semakin tinggi.
Penonton terus bersorak
“Terlalu susah!!! Tak seekor pun yang akan berhasil!!!”
Lebih banyak lagi katak kecil yang lelah dan menyerah, tapi ada SATU yang tetap melangkah hingga semakin tinggi dan tinggi.
Dia tak kenal menyerah dan kalah!
Akhirnya yang lain telah menyerah untuk menaiki menara. Kecuali seekor katak kecil yang begitu berusaha keras dan menjadi satu-satunya yang BERHASIL sampai KE PUNCAK!
Semua katak kecil yang lain ingin tahu bagaimana katak ini bisa melakukannya?
Seekor peserta bertanya bagaimana cara katak yang berhasil itu mempunyai kekuatan untuk mencapai tujuan?
Ternyata…
Katak yang menjadi pemenang itu TULI, sehingga tidak mendengar sorak sorai penonton yang cenderung pesimis akan keberhasilan katak-katak kecil itu.
Nasihat dari cerita ini adalah:
Jangan sekali kali mendengar kata orang lain yang mempunyai kecenderungan negatif ataupun pesimis, karena mereka akan mengambil sebahagian besar mimpi kita dan menjauhkannya dari kita.
Selalulah ingat kata-kata bertuah yang ada.
Segala sesuatu yang kita dengar dan kita baca akan mempengaruhi perilaku kita!
Tetaplah POSITIVE…….!!!!
Sahabat ikon yg Bijak, senyum sahabat adalah senyumku, duka sahabat adalah dukaku. Lalu aku bertanya pada diriku sendiri "Siapakah sahabatmu?" dan akupun menjawab, "Mereka yang selalu memberikan suntikan semangat padaku"
Senyum sahabat adalah senyumku, duka sahabat adalah dukaku. Lalu aku bertanya pada diriku sendiri "Siapakah sahabatmu?" dan akupun menjawab, "Mereka yang selalu memberikan suntikan semangat padaku"

Tetap Santuun

»»  Baca Lebih Lanjut...

7 Keajaiban Dunia

Sebuah Kisah ringan untuk jadi pelajaran. Monggo disimaaakkk.......

Seorang guru memberikan tugas
kepada siswa-siswanya untuk
menuliskan 7 Keajaiban Dunia. Tepat sebelum kelas usai, siang itu semua siswa diminta untuk mengumpulkan tugas
mereka masing-masing.
Seorang gadis kecil yang paling pendiam di kelas itu, mengumpulkan tugasnya paling akhir dengan ragu-ragu. Tidak ada seorangpun yang memperhatikan hal itu.
Malamnya sang guru memeriksa tugas siswa-siswanya itu.
Sebagian besar siswa menulis demikian,
7 Keajaiban Dunia:
1. Piramida
2. Taj Mahal
3. Tembok Besar Cina
4. Menara Pisa
5. Kuil Angkor
6. Menara Eiffel &
7. Kuil Parthenon
Lembar demi lembar memuat hal yang hampir sama. Beberapa perbedaan hanya terdapat pada urutan penulisan daftar tersebut, Guru itu terus memeriksa sampai lembar yang paling akhir. Tetapi
saat memeriksa lembar yang paling akhir itu, sang guru
terdiam.
Lembar terakhir itu milik si g a d i s kecil yang p e n d i a m .
Isinya seperti ini,
7 Keajaiban Dunia:
1. Bisa melihat
2. Bisa mendengar
3. Bisa menyentuh
4. Bisa disayangi
5. Bisa merasakan
6. Bisa tertawa &
7. Bisa mencintai…
Setelah duduk diam beberapa saat, sang guru menutup lembaran tugas siswa-siswanya.
Kemudian menundukkan kepala & berdo'a mengucap s y u k u r untuk gadis kecil pendiam dikelasnya, yang telah mengajarkannya sebuah pelajaran hebat.
*...tidak perlu mencari sampai keujung bumi untuk menemukan sebuah
k e a j a i b a n . Karna hal itu ada disekeliling kita untuk kita miliki.
Bersyukurlah atas semua yang kita sudah miliki hari ini... ^_^

»»  Baca Lebih Lanjut...

Senin, 15 Oktober 2012

Kebanyakan Om, Seribu aja...

Naaaahhh ini ada kisah sangat sangat sederhana yg dikisahkan sahabat ikon yg layak kita simak utk mengisi pagi ini, simak yuuuk....


Pembaca CatBuh, kenalkan, namaku Surya, inilah kisah seherhanaku, yg ingin aku bagikan, cekibrot>>
Siang ini temanku tiba-tiba menelpon,”Makan siang yuk," ajaknya. “Oke,” jawabku. Akhirnya dia menjemputku di lobby of Jakarta Stock Exchange building.
Selepas SCBD, kami masih belum ada ide mau makan di mana. Ide ke soto Pak Sadi segera terpatahkan begitu melihat bahwa yang parkir sudah sampai seberang-seberang. Akhirnya kami memutuskan makan gado-gado di kertanegara. Bisa makan di mobil soalnya.
Sampai di sana masih sepi. Baru ada beberapa mobil. Kami masih bisa memilih parkir yang enak. Mungkin karena masih belum begitu siang barangkali.
Begitu parkir, seperti biasa, joki gado-gado sudah menanyakan mau makan apa, minum apa. Kami pesan dua porsi gado-gado + teh botol.
Sambil menunggu pesanan, kami pun ngobrol. Tiba-tiba ada seorang pemuda lusuh nongol di jendela mobil kami, kami agak kaget.
"Semir Om?" tanyanya. Aku lirik sepatuku. Ugh, kapan ya terakhir aku nyemir sepatuku sendiri? Aku sendiri lupa. Saking lamanya. Maklum, aku kan karyawan sok sibuk... Tanpa sadar tanganku membuka sepatu dan memberikan sepatuku padanya. Dia menerimanya lalu membawanya ke emperan sebuah rumah. Tempat yang terlihat dari tempat kami parkir. Tempat yang cukup teduh. Mungkin supaya nyemirnya nyaman.
Pesanan kami pun datang. Kami makan sambil ngobrol. Sambil memperhatikan pemuda tadi nyemir sepatuku. Pembicaraan pun bergeser ke pemuda itu. Umur sekitar 20-an. Terlalu tua untuk jadi penyemir sepatu. Biasanya pemuda umur segitu kalo tidak jadi tukang parkir atau jadi kernet, atau yah jadi pak ogah.
Pandangan matanya kosong. Melamun. Seperti orang sedih. Seperti ada yang dipikirkan. Tangannya seperti menyemir secara otomatis. Kadang-kadang matanya melayang ke arah mobil-mobil yang hendak parkir. Lalu pandangannya kembali kosong. Perbincangan kami mulai ngelantur ke mana-mana. Tentang kira-kira umur dia berapa, pagi tadi dia mandi apa nggak, kenapa dia jadi penyemir dan lain lain. Kami masih makan saat dia selesai menyemir. Dia menyerahkan sepatunya padaku. Belum lagi dia kubayar, dia bergerak menjauh, menuju mobil-mobil yang parkir sesudah kami.
Mata kami lekat padanya. Kami melihatnya mendekati sebuah mobil. Menawarkan jasa. Ditolak. Nyengir. Kelihatannya dia memendam kesedihan. Pergi ke mobil satunya. Ditolak lagi. Melangkah lagi dengan gontai ke mobil lainnya. Menawarkan lagi. Ditolak lagi. Dan setiap kali dia ditolak, sepertinya kami juga merasakan penolakan itu.
Sepertinya sekarang kami jadi ikut menyelami apa yang dia rasakan. Tiba-tiba kami tersadar. Konyol ah........ Bagaimanapun juga siapa yang bilang hidup ini adil ? Kenapa jadi kita yang mengharapkan bahwa semua orang harus minta disemir ? Hihihi...
Perbincangan pun bergeser ke topik lain. Di kejauhan aku masih bisa melihat pemuda tadi, masih menenteng kotak semirnya di satu tangan, mendapatkan penolakan dari satu mobil ke mobil lainnya. Bahkan, selain penolakan, di beberapa mobil, dia juga mendapat pandangan curiga. Akhirnya dia kembali ke bawah pohon. Duduk di atas kotak semirnya. Tertunduk lesu...
Kami pun selesai makan. Ah, iya. Aku belum bayar penyemir tadi. Kulambai dia. Kutarik 2 buah lembaran ribuan dari kantong kemejaku. Uang sisa parkir. Lalu kuberikan kepadanya. Soalnya setahuku jasa nyemir biasanya Rp. 2.000,-.
Dia berkata kalem, "Kebanyakan om. Seribu aja".
BOOM......... Jawaban itu tiba-tiba serasa petir di hatiku.
Ini tidak dapat kupikir dengan logika!
Bayangkan, orang seperti dia masih berani menolak uang yang bukan haknya. Aku masih terbengong-bengong sewaktu menerima uang
Rp. 1.000,- yang dia kembalikan.
Se-ri-bu Ru-pi-ah. Bisa buat apa sih sekarang? Tetapi, dia merasa cukup dibayar segitu. Pikiranku tiba-tiba melayang. Tiba-tiba aku merasa ngeri. Betapa aku masih sedemikian kerdil. Betapa aku masih suka merasa kurang dengan gajiku. Padahal keadaanku sudah - sangat jauh - lebih baik dari dia. Tuhan sudah sedemikian baik bagiku, tapi perilakuku belum seberapa dibandingkan dengan pemuda itu, yang dalam kekurangannya, masih mau memberi, ke aku, yang sudah berkelebihan.
Member Pecinta Catatan Subuh yg bijak, siang ini aku merasa mendapat pelajaran berharga. Siang ini aku seperti diingatkan. Bahwa kejujuran itu langka. Bahwa kepuasan itu ada di rasa syukur. Terimakasih yg bapak penyemir, memang harga diri seseorang tidak selalu dapat dinilai dari "pakaian" yg dikenakan...
Tetap Syukur
Tetap Semangat...
Tetap santun...

»»  Baca Lebih Lanjut...

Penyeselan Si Tukang Kayu

Pembaca, lagi lagi sebuah ilustrasi ringat utk mengantar kita di awal pekan ini. Simak yuuuk.....


Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun di sebuah perusahaan konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut kepada pemilik perusahaan. Tentu saja , karena tak bekerja, ia kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.
Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada si tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah lagi untuk rumah pribadi.
Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya.
Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri karirnya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.
Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintainya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. “Ini adalah rumahmu” katanya “hadiah dari kami”. Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesal. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.
Pembaca Pecinta Catatan Subuh yg bijak, itulah yang terjadi dalam kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan. Lebih memilih berusha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik. Pada akhir perjalanan, kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan kita hidup di dalam rumah yang kita ciptakan sendiri. Seandainya kita menyadari sejak semula, kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.
Memb, renungkanlah rumah yang kita bangun. Setiap hari kita memukul palu, memasang papan, mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakan sekali saja seumur hidup. Biarkan kita hanya hidup satu hari, maka dalam satu hari itu kita pantas untuk hidup penuh keagungan dan kejayaan.
Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi. Hidup kita esok adalah akibat yang kita perbuat di hari ini. Hari perhitungan adalah milik Tuhan, bukan milik kita, karenanya pastikan kitapun akan masuk dalam barisan kemenangan.
Bukan begitu ?

»»  Baca Lebih Lanjut...

Jumat, 12 Oktober 2012

Ibu Selalu Terlihat Cantik

Suatu hari seorang anak gadis berkata pada Ibunya:
"Ibu, ibu selalu terlihat cantik. Aku ingin seperti ibu, beritahu aku caranya.."
Dgn tatapan lembut & senyum haru, sang Ibu menjawab :
Anakku, "Utk Bibir yg menarik,
ucapkanlah perkataan yg baik"
"Utk pipi yg lesung,
tebarkanlah senyum ikhlas kpd siapapun"
"Utk mata yg indah menawan,
lihatlah selalu kebaikan org lain"...
"Utk tubuh yg langsing,
sisihkanlah makanan utk fakir miskin"
"Utk jemari tangan yg lentik menawan, hitunglah kebajikan yg tlh org lakukan kepadamu."
"Utk wajah putih bercahaya, bersihkanlah kotoran batin"
Anakku..
Jgnlah sombong akan kecantikan fisik karena itu akan pudar oleh waktu.
Tapi Kecantikan perilaku tdk akan pudar walau oleh kematian..
Jika kita benar, maka kita tdk perlu marah.
Jika kita salah, maka kita wajib minta maaf.
Jgnlah terlalu mengingat masa lalu, krn hal itu akan membawa AIR MATA.
Jgn juga terlalu memikirkan masa depan, krn hal itu akan membawa KETAKUTAN.
Jalankan yg saat ini dengan senyuman & rasa syukur krn hal itu akan membawa keceriaan & sukacita ðï hati.
Setiap ujian dlm hidup ini bisa membuat kita PEDIH atau lebih BAIK.
Setiap masalah yg timbul bisa MENGUATKAN atau MENGHANCURKAN hati kita.
Pilihan ada ðï tangan kita apakah kita akan memilih menjadi pecundang atau pemenang.
Carilah hati yg indah bukan wajah yg cantik atau yg ganteng.
Member pecinta catatan subuh, hal-hal yg indah tdk selalu baik, tapi hal-hal yg baik akan selalu indah...
Selamat Jumat Mubarrok

»»  Baca Lebih Lanjut...

Menggali Cinta Yang Terkubur Mati

  

Jarum jam yang  menunjukkan pukul 11 malam sepertinya sudah tak dihiraukan oleh orang-orang yang berserakan di sepanjang jalan ini. Gelapnya malam yang dicahayai sedikit lampu temaram seperti halnya “lighting” pada film-film atau sinetron di layar kaca. Ya, orang-orang itu sedang memainkan perannya, menjadi pemeran pembantu alias para figuran malam. Aku perhatikan mereka satu per satu, oh .. kebanyakan wanita, tampaknya mereka sudah sangat piawai memainkan perannya masing-masing.

Aku dekati mereka, lalu aku tanyai salah satu di antara mereka, “Apa yang kau lakukan di sini ?” Dia menatapku dengan sinis, “aku tidak munafik, aku punya roda !”, tukasnya. Lalu aku bertanya lagi padanya, “apa yang terjadi dengan rodamu, hingga kau berada di sini ?” Lantas dia membalas, “rodaku harus berputar, jadi aku berada di sini.!” Aku membatin, lalu kulontarkan pertanyaan lagi, “kenapa harus di tempat ini?” Dia langsung membalas, “Hei, apa kau pura-pura buta, roda orang lain sibuk berputar di siang hari ke sana kemari, sementara mereka tak menyisakan jalan bagi rodaku untuk bergerak, apalagi berputar!!”

Terpecut hatiku mendengar jawaban wanita tadi. Sungguh malang nasib mereka. Lantaran pergulatan hidup yang menyebabkan rodanya berputar, membawa beban domestik di sebuah tempat penuh laknat, markas maksiat. Setiap malam mereka jajakan dirinya demi memuaskan nafsu manusia hina, pria berakhlak bejat. Dengan dalih sibuk proyek dan rapat luar kota, istri dan anak ditinggalkan dalam sebuah rumah mewah berkapasitas barang-barang manja, sementara “sang pencari nafkah utama” ini asyik bergurau mengobral cinta dengan wanita lain. Padahal cintanya sudah kadung terkubur mati. Astaghfirullah, begitu rendahnya kah?

“Wanita itu sebenarnya makhluk apa ?” tanya pria bangsa Eropa. “Mereka adalah iblis yang ditampilkan dalam wujud manusia”, jawab pria yang lainnya. Kalau memang begitu, lalu bagaimana dengan standarisasi yang diberikan oleh junjungan kita yang mulia, Rasulullah empat belas abad silam, jauh sebelum para pria Eropa itu berdialog panjang tanpa makna ? Tak kan memuliakan wanita kecuali seorang yang mulia dan tak kan menghinakan mereka, kecuali manusia yang hina pula!!

Aku ingin tahu jawaban para penguasa di negeri ini. Adakah yang peduli dengan nasib “para figuran malam itu”? Yang siang harinya malu menampakkan wajahnya, namun ketika malam tiba mereka seperti keluar dari sarangnya, maaf, menyediakan “kotak amal” sambil membuka jengkal demi jengkal kehormatan dirinya yang seharusnya mereka tutup rapat. Untuk apa? Ya.. untuk hidup, bertahan hidup. Ah… aku lupa, para pengusa sedang sibuk rupanya, saat ini  mereka tengah mengurusi hal-hal yang lain. Ada anggaran dana sekian M yang harus mereka habiskan dalam akhir tahun ini, proyek apa lagi yang harus dibuat. Apa lagi yang harus di “mark up” ? Mall pusat konsumerisme paling mutakhir atau rumah mewah bernilai ratusan juta .

Ada lagi kampanye anti AIDS, dengan slogan menekankan seks aman ! Seks aman tapi bebas, begitu kukira. Padahal yang mereka gaungkan itu adalah “kau boleh lakukan, kami punya pengaman, pencegah kehamilan”. Kalau begitu apanya yang aman, seksnya yang aman ? Tetapi  sadarkah bahwa pelakunya sebenarnya tidak akan aman karena di balik itu semua ada murka Allah menghadang ? Sungguh jangan sekali-kali pernah kau merasa aman dengan murka-Nya!!

Masih pada malam yang sama, menapaki jalan-jalan kota, beberapa pria nampak berdiri dan berjaga-jaga di sebuah bilangan Jakarta Pusat. Aku hentikan langkahku, ketika sebuah mobil bermerk jetset melintas dan menepi, mendekati para pria tadi. Mobil mewah itu ditumpangi sepasang muda-mudi belia yang sebaya umurnya. Sepertinya mereka tersesat Pemuda itu membuka kaca mobilnya, lalu bertanya pada pria tadi sebentar, lantas kemudian dia keluarkan beberapa ribuan. Aneh, kenapa mesti memberi mereka uang ? Lalu mobil itu pun  melaju perlahan menuju suatu tempat yang ditunjukan oleh para pria itu. Selang beberapa waktu, dari arah yang berbeda, datang lagi mobil yang tak kalah licinnya, juga menghampiri para pria tadi. Penumpangnya melakukan hal yang sama. Aku semakin heran, sepertinya ada sesuatu yang aneh, janggal.

Aku beranikan diriku mendekati para pria itu untuk mendengarkan perbincangan mereka. Dan dadaku pun tersentak, astaghfirullah….Ya Allah, mereka itu juga sama seperti para wanita tadi,  para “figuran malam”, yang berprofesi sebagai para calo penunjuk jalan bagi “orang-orang yang tersesat tadi’. Mereka menjadikan malam sebagai kesempatan untuk mengais rezeki dari orang-orang yang ingin mengunjungi sebuah tempat. Lalu yang menjadi pertanyaan, tempat apakah itu ? Mengapa harus malam hari dikunjungi ?  Teka-teki ini harus segera dipecahkan !!

Kedua kakiku pun akhirnya tak bisa kucegah  untuk terus beranjak, bergerak menyusuri alur mobil para pemuda-pemudi belia tadi. Hingga aku temukan sebuah jawaban, kenyataan yang sekian lama tersembunyi dan tertutupi oleh hingar bingar dan deru debu kepulan asap kota metropolitan Jakarta ini. Bahwa ternyata tempat yang dikunjungi oleh pemuda-pemudi bermobil jetset itu adalah sebuah rumah yang lumayan cukup besar dan megah. Sepintas memang rumah itu seperti layaknya rumah –rumah lain yang berjejer di sebelah kanan dan kirinya. Tidak menunjukan aktivitas yang berarti pada malam ini. Namun, siapa sangka, siapa yang mengira, sungguh tak ada yang menduga bahwa rumah itu sebenarnya adalah “markas pembunuhan berencana”, pembunuhan janin-janin tak berdosa yang tak diberikan hak hidup oleh darah daging mereka sendiri.Pelanggaran Hak Asasi Manusia kelas tinggi.Praktik Aborsi !!

Ya Allah…. aku harus berkata apalagi ? Setan macam apakah yang menuntun pemuda-pemudi tadi berlaku hina dan keji ? Apa yang ada di dalam benak mereka, kenikmatan sesaat ataukah hanya menuruti keinginan syahwat yang begitu mendera ? Ekspresi ilegal di ujung cinta sepasang insan manusia? Lalu, kalau sudah begitu, apakah mereka masih punya cinta ?  Mengapa saling mencintai tetapi janin hasil “ekspresi cinta” itu yang harus dipertaruhkan demi cinta itu sendiri ? Mengapa ? Mengapa ? Ketahuilah, mereka sesungguhnya tidak punya cinta !! Cinta mereka sudah terkubur mati!!

Ada kenyataan lain tak bisa dipungkiri, berikut ini kisah tuan berdasi. Selamat pagi tuan, ada kesibukan apa hari ini ? “Oh.. tentu kau tahu, aku sibuk, sangat sibuk, aku harus memimpin perusahaan ini dengan kerja keras”, begitu jawaban tuan berdasi. “Aku harus memenangkan sejumlah proyek”. Dia tersenyum puas…. lalu tertawa meledak ha…ha.. ha… Aku mengernyit, tuan berdasi, kau tak perlu melanjutkan, aku sudah tahu jalan ceritanya. Kau ini memang sibuk, sangat sibuk, mengisi hari demi hari dengan harapan kau dapatkan segunung perhiasan dan intan duniawi. Aku juga tahu bahwa kesibukanmu sudah sangat tak bisa kau tinggalkan. Menumpuk, mengumpulkan dan menyimpan harta curian, sibuk korupsi sudah jadi kebiasaan.

Kemudian, kau pulang menemui istri dan anak-anakmu, mencekoki mereka dengan makanan dan minuman yang kau beli dari uang haram. Kau biarkan makanan dan minuman itu masuk menjalari kerongkongan dan perut keluargamu. Lantas… kau tak pedulikan mereka berlaku semaunya, jauh dari nilai nilai kebaikan. Istrimu yang setiap hari berdialog dengan dirinya sendiri di depan cermin. Sambil mendempuli “wajah kelamnya” dengan seperangkat kosmetika, lalu tersenyum sambil berkata , “hari ini akulah yang paling cantik”. Juga ada aktivitas yang tak kalah serunya, belanja super “wah” yang tak bisa dicegah karena sudah menjadi hobinya, atau hanya sekedar berkumpul disebuah sanggar senam bersama ibu-ibu lainnya yang “tidak punya pekerjaan” kecuali  melenggangkan, melenturkan, melemaskan tubuh mereka seiring dengan gerakan musik dan bimbingan instruktur mereka Ya Allah, padahal tubuh mereka itu sangat demikian kaku untuk sekedar berdiri, ruku’ dan sujud bersimpuh kepada-Mu !!

Tuan berdasi, apa yang terjadi dengan anak-anak manjamu ? Kau juga tak hiraukan mereka ketika bahaya seks bebas mengintai, sementara angan –angan semu semakin menenggelamkan mereka dengan janji janji surga yang ditampilkan di layar televisi. Tontonan murahan, jauh dari nilai edukasi. Lalu di luar sana, komunitas “edan” menghampiri, jarum suntik dipakai silih berganti. Narkoba jadi candu dan sumber energi sehari – hari. Astaghfirullah, tuan berdasi, cintakah kau pada mereka ? Cintakah ? Kau tak bisa menjawab pertanyaanku bukan ? Aku tahu bahwa sesungguhnya kau tak mencintai mereka, karena sejatinya cintamu sudah kadung terkubur mati !!

Sekarang para penguasa…. kumohon padamu wahai para penguasa. Rakyatmu ini sudah terjatuh, jatuh dan jatuh lagi. Namun rakyatmu bukanlah  terjatuh di atas jerami, melainkan jatuh di atas duri yang semakin dalam semakin tajam. Lihatlah dihadapanmu, data-data matematis dibuat untuk dijadikan informasi. “Manusia tanpa ladang rezeki”, para pengangguran melepas penat di rumah, maupun di jalan –jalan, sambil hilir mudik berusaha mencari sesuap nasi. Ada yang bimbang setengah hati, dan penuh kekhawatiran bagaimana nanti, dan akhirnya pun harus berakhir di bui karena membunuh dan mencuri. Adegan menumpahkan darah pun terjadi, untuk sebuah arogansi. Sementara para jawara-jawara korupsi berkeliaran bebas meluaskan ekspansi.

Ya Allah, aku tidak bisa memicingkan sebelah mataku hingga detik ini,  aku juga tidak bisa begitu saja menyalahkan ketika kusaksikan bocah-bocah tirus itu harus rela disuapi oleh makanan apa adanya, sementara perut mereka semakin membuncit dan sorot mata semakin kuyu lantaran kurang gizi. Allah, duhai Allah…tak adakah re-generasi manusia tegas tapi lembut sepeduli Sayyidina Umar bin Khattab, yang membuktikan kesungguhan cintanya, rela merondai rakyatnya setiap malam, kemudian serta merta pergi ke gudang logistik negara untuk memanggul sendiri bahan makanan yang akan beliau serahkan untuk rakyatnya yang menderita kelaparan. Adakah sosok pemimpin yang seagung beliau ? Yang siangnya sibuk membangun negeri dan malamnya terjaga dari tidurnya karena khawatir akan keadaan rakyatnya. “Bagaimana aku bisa tidur, bagaimana, aku takut akan murka-Nya jika aku tidak bisa menjalankan tanggung jawab ini”, tegas beliau suatu hari.

Sekali lagi aku bertanya, adakah re-generasi ? Adakah yang cintanya sebesar pengorbanan beliau ? Lagi lagi jawabannya, tidak !! Cinta mereka sudah terkubur mati !!

Akhirnya aku harus mengakui bahwa semua ini, ya semua kenyataan yang kutemui adalah kumpulan dari sebuah makna yang semakin membuncah dan menggunung tinggi. Makna kezhaliman, perilaku manusia yang umum terjadi sepanjang manusia hidup di muka bumi. Bahwa apa yang dikhawatirkan para malaikat ketika mengajukan #“objection” kepada Allah Azza wa Jalla, mengenai berita akan diciptakannya manusia sebagai khalifah di muka bumi memang akhirnya menjadi kenyataan.

* “Mengapa Engkau hendak menjadikan seorang (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau ?”

Dan Allah pun menjawab keberatan para malaikat dengan mengatakan, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Aku tahu, semestinya kisah cinta diliputi oleh hal-hal yang menyenangkan jiwamu, melegakan dadamu, penuh syahdu lautan rindu. Namun, aku tidak bisa membalut kisah ini dengan keadaan yang serba nikmat itu. Karena yang ada dihadapanku semuanya adalah bukan cinta yang sesungguhnya, bukan cinta yang murni lahir dari Sang Pemilik Cinta. Cinta yang sebenarnya sudah mati, cintanya sudah terkubur mati !!

Ah… aku belum bisa bernapas lega, rona-rona kehidupan terus bergulir. Para figuran-figuran masih harus melakoni peran dunianya masing-masing. Sementara Pemeran Utama ini  terus melangkah, menapaki jalan, menyusuri lorong demi lorong, mencari sekelumit kisah cinta malang, untuk sebuah episode, episode menggali cinta yang terkubur mati. Sebelum kutuntaskan, bolehkah aku bertanya, adakah ruang di hatimu untuk sebuah cinta ? Ataukah cintamu juga sudah terkubur mati ?

Maafkan aku, aku bukanlah siapa-siapa, hanya seorang pemeran utama dalam episode cinta ini.

------

»»  Baca Lebih Lanjut...

Selasa, 09 Oktober 2012

AKU MASIH PERAWAN ???



“Aku masih perawan, nggak pernah ciuman, pegangan tangan, bercumbu, atau jalan-jalan berdua saja dengan bukan muhrimku, dan dengan laki-laki manapun…”

*glek….. “Masa sih…”

“Iya, AKU MASIH PERAWAN, JELAS….!!!!”
aku masih perawan, utuh, murni 100 persen, tidak berkurang sedikitpun, aku tidak pernah “pacaran” seperti orang kebanyakan, aku lihat lelaki itu dari bagaimana pola ...
pikir dikepalanya bukan “Pola Tangan dan Pola Matanya” melihatku.

*“Bodoh loe,”

Biar, aku lebih suka dibilang “Bodoh” sebab bodoh itu melindungiku dari melakukan hal-hal “pintar” tapi sebenarnya aku sendiri TIDAK TAHU .

*“Sekarang bukan zamannya neng,….”

Ya, benar, sekarang memang bukan jamannya menyembunyikan atau mengatakan “tabu” kalau bicara soal keperawanan, jaman sekarang sudah terbuka, orang bisa bicara dari sudut mana saja, dengan cara berfikir apa saja tentang keperawanan. silahkan. sorry, tapi tidak bagiku.

*“Pantesan, sekarang blom dapat pacar…”

“Aku …..cari suami yang bisa dijadikan pacar, bukan pacar yang belum tentu jadi Suami“

*“Kolot, Kuno, Nggak Gaul, Nggak ngikutin trend…”

“ah nggak papalah, toh yang bilang aku Kolot, Kuno, Nggak Gaul, Nggak ngikutin trend, itu kan manusia, Tuhan nggak”

*“Sok Munafik…!!!!”

“Kalau munafik itu orang yang nggak konsisten, ngomong ini tapi ngelakuin ini, tapi menjaga keperawanan itu kewajiban”

*“Sok Suci….!!!!”

“Bukankah “Kesucian” seorang wanita memang harus dijaga, ada orang aneh bilang
“Kamu perempuan tuh memang anak ayah dan ibumu, tapi sebenarnya kamu itu titipan suamimu pada mereka, jadi harus dijaga semuanya, jangan ada yang hilang. Dijaga sampai nanti dia siap membawamu pergi dari mereka dengan satu ikatan yang suci dan diridhoi . Emangnya kamu mau kalau nanti dibilang Ayah dan Ibumu tidak becus menjaga titipannya”

Kesimpulan:
“Hidup ini pilihan dan setiap pilihan ada konsekuensinya, ada tanggung jawab baik dimata manusia maupun dimata Tuhan.
silahkan lakukan apa saja karena itu hak dasar kita sebagai manusia bebas, tapi sebagai perempuan alangkah indahnya kalau kita bisa menjaga KEPERAWANAN kita secara utuh sampai nanti dipersatukan TUHAN dalam ikatan suci perkimpoian,
*seperti kata orang aneh tadi : Akar utama kebahagiaan kita dan pasangan kita itu kejujuran, bukan dengan “kebohongan”..
»»  Baca Lebih Lanjut...

Ketika Aku Tua Nanti...

Pembaca, Catatan Subuh kali ini sedikit berbeda. Clue-nya: siapin tissu, lalu bayangkan kedua orangtua kita yg menyampaikan ini. Semoga bermanfaat.... Ayu kita simak, kita resapi betul2... Mmmm....

"Ketika aku Tua Nanti..."



Ketika aku sudah tua, bukan lagi aku yang semula.
Mengertilah, bersabarlah sedikit terhadap aku.

Ketika pakaianku terciprat sup, ketika aku lupa bagaiman...
a mengikat sepatu, ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarmu.

Ketika aku berulang-ulang berkata-kata tentang sesuatu yang telah bosan kau dengar, bersabarlah mendengarkan, jangan memutus pembicaraanku.

Ketika kau kecil, aku selalu harus mengulang cerita yang telah beribu-ribu kali kuceritakan agar kau tidur.

Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah padaku. Ingatkah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi?

Ketika aku tak paham sedikitpun tentang tekhnologi dan hal-hal baru, jangan mengejekku. Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap “mengapa” darimu.

Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk memapahku. Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.

Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita, berilah aku waktu untuk mengingat. Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau disamping mendengarkan, aku sudah sangat puas.

Ketika kau memandang aku yang mulai menua, janganlah berduka.
Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu mulai belajar menjalani kehidupan.

Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini, sekarang temani aku menjalankan sisa hidupku.

Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan memberikan senyum penuh rasa syukur. Dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga untukmu...
»»  Baca Lebih Lanjut...

Senin, 08 Oktober 2012

Murid Pandai dan Murid Bodoh

Alkisah, ada seorg GURU yg sangat dihormati krn tegas & jujur.
Suatu hari, 2 murid menghdp GURU. Mereka bertengkar hebat & nyaris beradu fisik.
Ke dua nya berdebat ttg hitungan 3x7.
Murid pandai mengatakan 21,
Murid bodoh bersikukuh mengatakan 27.
Murid bodoh menantang murid pandai utk meminta GURU sbg Jurinya utk mengetahui siapa yg benar diantara mereka , sambil si bodoh mengatakan : "Jika sy yg benar 3 x 7 = 27 maka engkau hrs mau di cambuk 10 kali oleh GURU, tapi jika kamu yg benar ( 3x7=21 ) maka sy bersedia utk memenggal kepala sy sendiri ha ha ha ....." demikian si bodoh menantang dgn sangat yakin dgn pendapatnya
"Katakan GURU mana yg benar ?"
tanya murid bodoh
Ternyata GURU memvonis cambuk 10x bagi murid yg pandai (orang yg menjwb 21).
Si murid pandai protes keras!!
GURU menjwb:
"Hukuman ini bkn utk hasil hitunganmu,tp utk KETIDAK ARIFANmu yg mau2nya berdebat dgn org bodoh yg tdk tau kalo 3x7 adalah 21"
Guru melanjutkan : "Lebih baik melihatmu dicambuk & menjadi ARIF drpd GURU hrs melihat 1 nyawa terbuang sia2!"
Jadi memb, jika kita sibuk mmperdebatkan sesuatu yg tak berguna berarti kita juga sama salahnya atau bahkan lbh salah drpd org yg memulai perdebatan, sebab dgn sadar kita membuang waktu & energi utk hal yg tdk perlu.
Bukankah kita sering mengalaminya?
Bisa terjadi dgn pasangan hidup, rekan kerja, tetangga/kolega, dll
Pecinta Catatan Subuh Ikon yg bijak, berdebat atau bertengkar utk hal yg tdk ada gunanya,hanya akan menguras energi percuma.
Ada saatnya kita diam utk menghindari perdebatan atau pertengkaran yg sia2.
Diam bkn berarti kalah, bukan?
Memang tdk mudah, tapi janganlah sekali2 berdebat dgn org bodoh yg tidak menguasai permasalahan.
"MERUPAKAN SUATU KEARIFAN BAGI ORG YG BISA KONTROL DIRI & HINDARI KEMARAHAN ATAS
SUATU KEBODOHAN"
Selamat Senin
Tetap Santun
Tetap Semangat....

»»  Baca Lebih Lanjut...

Minggu, 07 Oktober 2012

IZINKAN SAYA BERZINA DENGAN ANAK BAPAK



#credit to Yunus Julianto Sastrosudharmo

Pembaca Catatan Subuh yg bijak, ini catatan diposting oleh seorang teman ke sebuah forum. Kami posying ulang dg beberapa editan. Judulnya lumayan provokatif. Sebuah catatan ringan, tapi cukup panjang. Jd siapin cemilan dan teh panasnya...

Seorang pemuda di rumah orang tua sang gadis,

Gadis: Masuk dulu ya, bertemu sama ayah

Pemuda : Boleh kah?

Gadis: Masuk saja, saya bersiap-siap dulu.

masuklah sang pemuda melalui pintu utama. Pintu yang siap terbuka mengelu-elukan kedatangan si Pemuda.

Pemuda : Assalamualaikum.

Ayah Gadis : waalaikumussalam!

Mendengar lantangnya suara Ayah si gadis, si Pemuda kaku membatu. Lantas si gadis menyadarkan pemuda dari lamunan itu. Entah apa yang dipikirkannya.

Gadis : Mari, silahkan duduk

Pemuda : eh.,iyaa

Setelah mengucapkan salam dan berjabat tangan, duduklah si Pemuda di kursi yang hampir menghadap Ayah si gadis. Hanya koran yang menjadi ‘sitroh’ antara mereka.

Hampir 5 menit suasana senyap tanpa suara. Dan ibu si gadis keluar dari ruang utama dan ruang belakang membawa air dan kue kering. Si Pemuda pun tersenyum manis.

Ibu Gadis : Silahkan diminum dulu nak. Kamu sudah sarapan?

Pemuda : eh, Sudah Bu. Terima kasih.

Ibu Gadis : kamu ini malu-malu segala dengan kami.

Pemuda : saya hanya segan Bu. Hehe

Ayah Gadis : kapan kamu mau mengirim rombongan (lamaran)?

Ibu Gadis : eh, ayah ini?

Pemuda : hmm. Saya belum siap Pak, belum cukup memiliki banyak uang Pak. Hehe...

Oh iya, Bisa saya tanya sedikit Pak?

Ayah Gadis : tentu saja, silahkan!

Pemuda : bapak dan ibu ingin saya menyediakan uang berapa untuk lamaran ini?

Ibu Gadis : kalau bisa Rp.20.000.000,-

Ayah Gadis : ehh, tapi kalau bisa lebih besar dari orang sebelah yang naksir juga sama gadis.

Pemuda : Maaf, Berapa itu Bu?

Ayah Gadi s : Rp.40.000.000,- syukur-syukur bisa lebih

Pemuda : (Ya Allah, whhooa.. Rp.40.000.000,- dari mana saya dapat uang sebanyak itu, aduh) Besar sekali Pak, apakah tidak bisa lebih sedikit, kita buat acara sederhana saja. Cukup mengudang keluarga, saudara dan tetangga dekat?

Ayah Gadis : itu nasib kamu nak, kamu yang akan menikahi anak kami. Lagipula dialah satu-satunya anak perempuan kami.

Si Pemuda pun hampir hilang akal ketika disebutkan ‘harga’ si gadis itu. Dan si Pemuda mencoba kembali berdiskusi dengan orang tua gadis pujaan hatinya.

Pemuda : boleh saya bertanya lagi, apakah anak Bapak pandai memasak?

Ayah Gadis : hmm,.boro-boro. bangun tidur saja jam 10 lebih, bukan bangun pagi lagi itu. Habis bangun Terus langsung makan siang.

Ibu Gadis : apa sih ayahnya ini, anaknya mau dijadikan istri, dia malah cerita yang jelek-jelek.

Ayah Gadis : Ibunya pun sama suka terlambat bangun juga.

Ibu Gadis : ih ayah ini!

Pemuda: (bengong) Ehh.. iya cukup Pak, sekarang saya sudah tau. Kalau boleh bertanya lagi. Bisa kah dia membaca qur’an?

Ibu Gadis: bisa sedikit-sedikit kok

Pemuda : belajar dengan maknanya?

Ibu Gadis : mungkin.

Pemuda : hmm.

Ibu Gadis : kenapa?

Pemuda : oh tidak apa2 Bu =). Pertanyaan terakhir, apakah dia rajin sholat?

Ayah Gadis : apa maksud kamu Tanya semua ini !? Dia kan dekat dengan kamu. Harusnya kamu juga tahu.

Pemuda : setiap sedang diluar dan saya ajak sholat, dia selalu bilang sedang datang bulan. Sedikit-sedikit datang bulan. Saya jadi bingung, sebenarnya dia bisa sholat tidak.

Ayah dan Ibunya begitu kaget. Dan pada wajahnya begitu kemerahan menahan amarah.

Pemuda : oleh saya sambung lagi. Dia tak bisa masak, tak bisa sholat, tak bisa mengaji, tak bisa menutup aurat dengan baik. sebelum dia menjadi istri saya, Dosa-dosanya juga akan menjadi dosa Bapak dan Ibu. Lagipula tak pantas rasanya dia dihargai Rp.40.000.000,-. Kecuali dia hafidz qur’an 30 juz dalam kepala, pandai menjaga aurat, diri, dan batasan-batasan agamanya. Barulah dengan mahar Rp.100.000.000,-pun saya usahakan untuk membayar.

Tapi jika segala sesuatunya tidak harus dibayar mahal mengapa harus dipaksakan untuk dibayar mahal? Seperti halnya mahar. Sebab sebaik-baik pernikahan adalah serendah-rendah mahar. Mata ayah si gadis direnung tajam oleh mata ibu si gadis. Keduanya diam tanpa suara. Sekarang ketiganya menundukkan kepala. Memang sebagian adat menjadikan anak perempuan untuk dijadikan objek pemuas hati menunjukkan kekayaan dan bermegah-megah dengan apa yang ada, Terutama pada pernikahan. Adat budaya mengalahkan masalah agama. Para orang tua membiarkan bahkan menginginkan anak perempuan dihias dan dibuat pertunjukkan di muka umum. Sedangkan pada saat akad telah dilafadz oleh suami, segala dosa anak perempuan sudah mulai ditanggung oleh si suami.

Ayah Gadis : tapi kan, Ayah hanya ingin anak Ayah merasakan sedikit kemewahan. Hal seperti tu kan hanya terjadi sekali seumur hidup.

Pemuda : Bapak ingin anak bapak merasakan kemewahan?

Ibu Gadis : tentulah kami berdua pun turut gembira.

Pemuda : sungguh demikian? Boleh saya sambung lagi? Bapak,Ibu.. saya bukanlah siapa2. Sekarang dosa anak Bapak, Bapak juga yang tanggung. Esok lusa setelah akad nikah terus dosa dia saya yang tanggung. Belum lagi pasti bapak dan ibu ingin kami bersanding lama di pelaminan yang megah, anak Ibu dirias dengan riasan secantik-cantiknya dengan make up dan baju paling mahal, di hadapan ratusan undangan agar kami terlihat mewah pula. Salain setiap mata yang memandang kami akan mendapat dosa. Apakah begitu penting hal tersebut jika dalam kehidupan sehari-hari kita malah berusaha untuk hidup sesederhana mungkin tanpa berlebih-lebihan. Ibu si gadis segera mengambil langkah mudah dengan menarik diri dari pembicaraan itu. Si ibu tahu, si Pemuda berbicara menggunakan fakta islam. Dan tidak mungkin ibu si gadis dapat melawan kata si Pemuda itu.

Ayah Gadis : Kamu mau berbicara mengajari masalah agama di depan kami?

Pemuda : ehh. maaf Pak. Bukan saya hendak berbicara / mengajari masalah agama. Tapi itulah hakikat. Terkadang Kita terlalu memandang pada adat sampai lupa agama.

Ayah Gadis : sudah lah. Kamu sediakan Rp.40.000.000,- kemudian kita bicarakan lebih lanjut. Kalau tidak ada, kamu tak bisa kawin dengan anak aku!

Pemuda : semakin lama lah hal itu. Mungkin Di umur saya 30 atau lebih, saya baru bisa mengumpulkan uang tersebut dan bisa masuk meminang anak bapak.

Baiklah,.Kalau memang bapak berharap tetap demikian, maka ’izinkan saya berzina dengan anak Bapak’?

Ayah Gadis : hei! Kamu sudah berlebihan!, kamu jaga baik-baik omongan kamu itu.

Pemuda : dengar dulu penjelasan saya pak. Apa bapak tahu alas an orang berzina dan banyak orang memiliki anak di luar nikah? Sebab salah satunya hal seperti ini lah pak. Selalu saja orang tua perempuan menempatkan puluhan juta rupiah untuk mahar, harus menunggu si pria mempunyai pekerjaan dengan gaji begitu tinggi, sampai pihak pria terpaksa menunda keinginan untuk menikah. Tetapi cinta dan nafsu kalau tidak diwadahi dengan baik, syetan yang jadi pihak ketiga untuk menyesatkan manusia. Terlebih di zaman seperti ini yang cobaan dan kondisinya tidak seperti zaman Bapak dan Ibu dulu. Akhirnya mereka mengambil jalan pintas memuaskan nafsu serakah dengan berzina. Pertama memang hal yang ringan-ringan dulu pak, pegang-pegangan tangan, saling memeluk, dan sebagainya. Tapi semakin lama akan menjadi hal berat. Yang berat-berat itu Bapak sendiri pun bisa membayangkan.

Ayah Gadis : lantas apa kaitan kamu dengan hendak berzina pula!?

Pemuda : Begini logikanya. Sepertinya yang terjadi dengan anak-anak lainnya. Bapak tidak memberi izin kami menikah sekarang, biar ada berpuluh juta uang dulu baru bisa menikah. kami hendak melepaskan nafsu bagaimana pak? setiap harinya kami mengenal lebih dekat dan semakin dewasa. Dia meminta saya menengoknya, semakin cinta saling melepas rasa rindu. Susah pak, itu Nafsu yang diberikan kepada manusia. Sebab itu saya dengan rendah hati meminta izin pada bapak untuk berzina dengan anak bapak. Terlepas apakah yang penting bapak tahu saya dan dia hendak berzina. Sebab rata-rata orang yang berzina itu orang tua tidak tau pak, tidak. Kelihatannya pemuda-pemudi zaman sekarang biasa-biasa saja padahal sebenarnya sudah pernah bahkan sering berzina. Ironisnya banyak orang menganggap hal itu tidak tabu lagi. Berzina bukan saja hal yang ehem-ehem saja. Ada zina-zina ringan, zina mata, zina lidah, zina telinga dll. Tapi sebab hal ringan itu lah yang akan menjadi berat.

Ayah Gadis : hmm. Kamu ini begitu pelik dan memperumit saja. Beruntung kamu bukan orang lain. Kalau orang lain, sudah dari tadi saya angkat parang. Begini nak, Tapi kalau tidak ada uang, bagaimana kamu akan memberi dia makan??

Pemuda : hehe. Bapak. lupakah Bapak dengan apa yang telah Allah pesankan pada kita.

“Dan menikahlah orang-orang bujang (pria dan perempuan) dari kalangan kamu, dan orang-orang yang sholeh dari hamba-hamba kamu, pria dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka. sesungguhnya karunia Allah Maha luas (rahmat dan karunianya), lagi Maha Mengetahui. “(An Nur 32).

Apakah kita tak yakin dengan apa yang Allah janjikan. Bapak dan Ibu juga pernah lah menjadi muda. Masalah datangnya harta, selagi kita terus berusaha itu adalah Rahmat-Nya yang sudah ditakdirkan pada tiap-tiap hamba-Nya. Lagipula pak, kalau makan dan minum itu insyaAllah, saya sanggup untuk memberikannya. Tempat tinggal bisa kita bicarakan lagi. Kalau hal ini bisa menghalangi kami dari melakukan dosa dan sia-sia. Apakah tidak lebih baik disegerakan. Bapak pun tak mau hal-hal tak tidak diinginkan terjadi.

Bapak si Gadis Diam tanpa kata, merenung kata-kata si Pemuda. berusaha memikirkan cara untuk mematahkan kata-kata si Pemuda. Dan ayah si gadis mendapat akal.

Ayah Gadis : kamu tahu lah zaman sekarang ni. Kalau mengikuti cara kamu itu. Mungkin kamu tidak suka dengan acara persandingan yang mewah, Bapak bisa terima. Tapi kamu apa bisa menerima apa yang akan orang-orang katakan. Orang akan mengatakan anak aku ‘kecelakaan’ dan terpaksa menikah dengan kamu. Mau ditaroh dimana muka ini.

Pemuda : bagus juga pikiran bapak itu. Kalau’ kecelakaan’ mana mau saya menikahi anak bapak. Karena akan selamanya menjadi haram, orang yang zina tidak akan pernah menjadi halal sekalipun dengan pernikahan. Kalau bapak memaksa ya sudah. Bisa nik, ikut nikah masal kan bagus juga bisa berhemat tapi tetap ramai.

Ayah Gadis : serius lah nak!

Pemuda : begini pak, sekali lagi rasanya tidak perlu membayar puluhan juta dan mahar yang berlebihan sehingga memaksa diluar kemampuan. Tapi saya tak mengatakan tidak ada walimatul urus. Sedang walimatul urus itu tetap perlu dan disesuaikan dengan kemampuan. itu cara islam.

Saya bukan hendak macam-macam dengan bapak. Syariat memang seperti itu. Maha baiknya Allah sebab masih menjaga kita selama ini, tapi hal sepele seperti ini pun kita masih memandang ringan dan kita tak percaya dengan apa yang telah Allah janjikan.

Saya benar-benar minta maaf kalau ada kata-kata saya yang membuat bapak tidak senag terhadap saya. Tidak juga bermaksud tidak takdzim dengan Bapak dan Ibu. Segalanya kita serahkan pada Allah, kita hanya bisa merencanakan saja.

Azan dzuhur berkumandang, jaraknya tidak sampai 10 rumah dengan rumah si gadis. Si Pemuda memohon untuk ke surau dan mengajak bapak si gadis untuk pergi bersama. Namun ajakan ditolak dengan lembut. Lantas sang pemuda memberi salam dan memohon untuk keluar. Di pinggir jendela tua si gadis melihat si Pemuda mengeluarkan kopiah dari sakunya dan segera di pakainya. Masuk mobil dan hilang dari penglihatan si gadis tadi. Sedang si gadis yang sedari tadi berdiri di balik tirai bersama ibunya meneteskan air mata mendengar curahan kata-kata si Pemuda terhadap ayahnya. Kerudung lebar pemberian si Pemuda sebagai hadiah padanya yang lalu digenggam erat. Ibu si gadis juga meneteskan air mata melihat pada perilaku anaknya. Segera ibu dan si gadis ke ruang tamu menghadap ayahnya.

Ibu Gadis : apa yang anak itu katakan benar. Kita ini tak pernah memperhatikan syariat-syariat ringan agama selama ni. Terlalu melihat dunia, adat dan apa kata orang. Padahal mereka tak pernah juga peduli pada kita.

Ayah Gadis : hmm.. entahlah, ayah tak tahu. Begitu Keras yang anak itu katakan tadi. Dia berpesan tadi, kamu suruh bersiap, lalu setelah dzuhur dia jemput kamu.

Gadis : sudah tidak ada mood untuk pergi ayah..

kemudian Si gadis menggapai telepon genggamnya dan mengetik pesan.

Si Pemuda yang selesai mengambil wudhu tersenyum saat membaca pesan yang baru saja diterima dari si gadis,

“Andai Allah telah memilih dirimu untukku,

aku ridho dan akan terus bersama mu,

Apapun yang ada pada dirimu dan yang kamu miliki,

aku juga akan terus pada agama yang ada padamu. :)

siang ini ga ada mood untuk keluar, maaf.

Minggu depan ayah menyuruh kirim rombongan (lamaran) untuk ke rumah.“

###

sahabat yang baik hatinya, terkadang fenomena seperti diatas masih saja sering terjadi. wahai kalian pemuda dan pemudi yang dirahmati Allah, jika kalian merasa telah mampu dan yakin untuk menikah. maka segerakanlah. sungguh-sungguh merugi orang yang menunda-nunda terhadap ramatnya Allah.

*admin's notes: cacatan ini bukan untuk senjata para pria (hai para pria) utk tidak memenuhi mahar wanita. Mahar memang hak wanita utk menentukan. Ini hanyalah ilustrasi dilihat dari sudut pandang yg lain... Mohon disikapi secra bijak.

Tetap semangat, tetap santun....
»»  Baca Lebih Lanjut...